IsiÂ
Novel ini mengisahkan seorang anak laki-laki yang bernama Radit, ia adalah keluarga yang sederhana yang hidup bersama Ibunya karena Bapaknya meninggal dunia. Ia adalah anak sekolah yang rajin dan berusaha tidak terlambat ketika sekolah walaupun berangkat menggunakan sepeda ontel.
Ia bekerja sambil sekolah membantu ekonomi ibunya, karena ia sekolah di swasta maka dari upah ia bekerja sebagian dipakai untuk membayar SPP tiap bulannya. Ia pekerja keras, hingga membuat warung pak Sugi yang ia ikuti, menjadi warung yang besar penghasilannya. Sampai ia diumrohkan bersama ibunya oleh pemilik warung tersebut.
Walaupun ia sekolah dan sibuk bekerja membantu ibunya, tapi di dalam hatinya ada gejolak cinta. Cinta di dalam dadanya tumbuh ketika seorang yang bernama Dea, membeli dan menjadi langganan pisang kipas yang ia buat dan ia jual di warung pak Sugi.
Pertemuan dan kenangan yang sungguh indah di rumah Dea, ketika ia mengantarkan kunci rumah yang tertinggal saat membeli di warung pak Sugi. Ketika ia mau balik ke warung, tiba-tiba hujan lebat mengguyur bumi. Dea memberinya jas hujan miliknya, dan ia kembali bekerja.
Pak Haji Romli ayah Dea, berniat untuk menjadikan Radit sebagai imamnya Dea saat ia sudah lulus dari pondok. Pak Haji melihat sisi positif yang dimiliki oleh Radit, ia bekerja keras, disiplin sekolah dan mempunyai suara yang indah. Hal ini diketahuinya saat Radit azan Maghrib di mushola terminal, dan menjadi imam Maghrib yang luar biasa indah bacaan surat yang ia baca.
Ketika Dea dan Radit saling mencintai, ada halangan dari Irine teman sekelasnya yang diam-diam mencintainya. Saat pulang dari Umroh Irine dan Dea bertemu, dan tempat terjadi pertengkaran yang dahsyat di rumahnya. Raditpun harus memilih antara Dea atau Irine, karena Radit sudah jatuh hati pada Dea. Maka Irine pulang dengan membawa air mata kesedihan.Â
Saat Radit dan Dea akan berkhitbah, ada halilintar di siang bolong. Bahwa hubungannya tidak bisa dilanjutkan, karena Dea dan Radit adalah saudara sepupuan. Radit gelisah, dan Dea pun biasanya saat liburan pondok pulang, tidak menunjukkan batang hidungnya.
Kabar di atas, membuat hati Radit gelisah dan membuatnya sakit yang cukup parah. Berhari-hari di rumah sakit dan cukup mengganggu ujian-ujian akhir sekolah dan ia tak bisa mengikuti ujian di sekolah. Sempat beberapa hari tidak sadarkan diri, Pak Alif sempat menjenguknya dan membawa lembar soal di hari itu.
Irine yang merasa suasana kelas kurang lengkap bila tidak ada Radit, di hari-hari ujian Sekolah berikutnya yang membawa soal ke Radit adalah Irine. Hati irine tulus membantu Radit saat mengerjakan soal, dan menemaninya di rumah sakit saat pulang dari sekolah. Ketulusan Irine membuat hati ayahnya berubah pikiran, yang awalnya sangat tidak respek sama Radit.
Hingga akhirnya Radit sembuh dari sakitnya, dan mereka berdua lulus mendapatkan nilai yang memuaskan. Dari nilai tersebut mereka berdua diterima di perguruan tinggi ternama. Dan Raditpun sambil kuliah diterima kerja di mana ia magang dulu