Setelah kita menjalani puasa di bulan Ramadhan, kita saatnya dan seharusnya kembali ke suci. Kesucian hati bisa kita lakukan dengan meninggalkan ghibah, sombong, menggunjing, dan bersumpah palsu. Kesucian diri bisa diperoleh dengan mengeluarkan sebagian kecil dari harta yang dimiliki.Â
Kita mengeluarkan Zakat Fitrah bisa dimulai dari awal puasa hingga sebelum salat idul Fitri, membuat hati kita suci. Nabi bersabda, "Saumul Abdi muallaqun bainas sama' wal ard Hatta yarji'a zakaatal fitri". Artinya, "Puasanya suatu hamba masih diantara langit dan bumi sebelum mereka mengeluarkan zakat fitrahnya."
Kesucian diri tidak terlepas dari kesucian hati, situasi hati tidak bisa dipungkiri lagi tidak terlepas dari penyakit hati. Dari rasa iri dengki, jengkel, sombong, angkuh dan tidak bisa memaafkan kesalahan orang lain.Â
Di hari raya Idul Fitri ini, dari segala jenis penyakit hati harus musnahlan dan kita sirnakan. Sehingga kita bisa melangkahkan kaki yang kadang berat, meringankan tangan untuk berjabat tangan. Meringankan mulut untuk meminta maaf dan saling memaafkan.Â
Mengeluarkan zakat fitrah dan momen idul Fitri mengupayakan kita untuk kembali ke fitrah seperti kita saat lahir dulu. Yakni, keadaan diri kita suci tidak mempunyai kesalahan dan dosa kepada Tuhan ataupun kepada sesama manusia.Â
Zakat fitrah merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan setiap manusia. Bayi, anak-anak, dewasa, orang tua, laki-laki maupun perempuan wajib mengeluarkan zakat fitrah. Nabi bersabda, "Peliharalah harta bendamu dengan mengeluarkan zakat, obatilah penyakitmu dengan sedekah dan semangat yang menggebu dari cobaan yang silih berganti dengan doa dan merendahkan diri kepada Allah."
Momen idul Fitri memberi kesempatan selama hidup kita untuk menyambung silaturahmi. Dalam bersilaturrahmi menentukan ucap dan sikap kita untuk berhati-hati. Nabi bersabda, "Mangkana yukminu billahi walyaumil akhir falyaqul Khoiron AU liyasmut." Artinya, "Barang siapa beriman pada Allah dan hari Akhir maka berkatalah baik atau berdiamlah."
Dari hadis di atas kita memahami bahwa kita berusaha untuk berucap atau bersikap baik. Kalau tidak bisa berbuat baik, maka berdiamlah lebih baik. Pada saat silaturahmi kita berhati-hati berucap maupun bersikap pada siapapun. Jangan sampai saat silaturahmi membuat keluarga lebih sensitif mengeluarkan amarahnya, sehingga timbul putusnya tali persaudaraan.
Momen idul Fitri, membuat hati ringan memaafkan. Tidak mungkin menyombongkan diri, sehingga tidak menerima maaf orang lain. Dengan menyisihkan kesombongan diri, hati akan merasa bahagia dan nyaman. Karena dari saling memaafkan, tidak ada musuh menyelimuti. Maka idul Fitri ini momen penting untuk bersilaturahmi jangan sampai terlewatkan.
Maka Nabi bersabda, "Mangkana yukminu billahi walyaumil akhir falyasil rohimah". Artinya, "Barang siapa beriman kepada Allah dan hari Akhir maka sambunglah tali silaturahmi."Â Hadis ini mengisyaratkan kalau kita benar-benar beriman kepada Allah maka bersilaturahmilah. Dengan kata lain, belum dikatakan beriman kepada Allah sebelum ia menyambung tali silaturahmi.