Mohon tunggu...
M SlametKhakimi
M SlametKhakimi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam UIN Gusdur Pekalongan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Legenonan: Merayakan Kelimpahan Hasil Bumi dengan Semangat Gotong Royong

10 Juni 2024   17:38 Diperbarui: 10 Juni 2024   17:49 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Facebook.com/Adzkiya Feshion

Pekalongan, 20 Mei 2024-i Indonesia, untuk merayakan hasil panen yang melimpah para masyarakat melakukan syukur dengan berbagai cara, salah satunya adalah di kec. Doro, kab.pekalongan warga sekitar menggelar tradisi legenonan atau sedekah bumi.

Tradisi legenoan ini ialah sebuah tradisi yang dilakukan warga pekalongan khusus nya di Kec. Doro, tradisi ini dilakukan setiap setahun sekali pada bulan legeno atau bulan ke-13 dalam penanggalan jawa , atau lebih tepatnya setelah bulan syawal.

Biasanya tradisi legenonan adalah sebagai unjuk rasa syukur atas hasil bumi yang melimpah, legenonan ini dilakukan dengan pawai membawa gunungan hasil panen seperti buah dan sayur, jadi setiap desa membuat gunungan yang dibuat semenarik dan sebagus mungkin lalu gunungan tersebut biasanya dibawa ke kecamatan untuk diarak bersama dengan gunungan-gunangan dari desa-desa lain.

 

Pawai atau arak-arakan ini dilakukan pada pagi-siang harinya, biasanya untuk memeriahkan pawai ini biasanya diiringi dengan alat musik drum band, angklung dan juga setiap desa biasanya memakai kostum atau pakaian-pakaian yang unik. 

Pawai ini biasanya mengelilingi kecamatan dan setelah pawai biasanya dilaksanakan doa bersama semoga hasil panen atau hasil bumi melimpahkan keberkahan, setelah doa dipanjatkan lalu kegiatan yang ditunggu-tunggu dilakukan tak lain dan tak bukan ialah berebut genungan yang sudah dibawa.

Puncak acara legenoan atau sedekah bumi ini ialah pada malam harinya, pada malam hari biasanya diadakan pagelaran wayang kulit walaupun pagelaran wayang kulit ini dilakukan malam hari namun tidak menyurutkan antusias warga sekitar mereka berbondong-bondong menonton pagelaran wayang kulit, tontonan ini sebagai hiburan untuk memeriahkan acara legenoan atau sedekah bumi ini.

Legenonan bukan semata-mata sebuah tradisi turun temurun, namun adalah sebuah tradisi yang memiliki makna dan nilai budaya. Sebagai wujud rasa syukur kepada yang maha kuasa, legenonan juga mempererat rasa gotong royong antar warga. Ditengah moderniasi, tradisi ini tetap dilestarikan oleh masyarakat kec. Doro.

Tradisi legenonan ini bagikan jembatan yang menghubungkan generasi masa lalu dan masa kini, semua elemen masyarakat Bersatu dalam tradisi ini. Tradisi ini tak hanya menjadi identitas masyarakat Pekalongan saja khususnya di Kec.Doro, tetapi juga menjadi warisan budaya yang patut dilestarikan. 

Mari kita sebagai generasi penerus kita harus jaga dan lestarikan tradisi Legenonan sebagai tradisi yang penuh makna dan jadikan tradisi ini sebagai pengingat untuk selalu bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas hasil bumi yang diperoleh dan juga sebagai refleksi dari kebersamaan dan gotong royong di antara masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun