Mohon tunggu...
HUSNI NURUDIN
HUSNI NURUDIN Mohon Tunggu... Lainnya - Arsiparis

saya senang menulis artikel tentang topik apa saja.hobi saya olahrga terutama badminton,sepakbola keinginan saya menjadi pengarang paling tidak saya bisa mendokumentasikan pengalaman atau sejarah yang terjadi di sekitar kita.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Harapan untuk Jakarta dalam Menyambut HUT DKI ke 496

22 Juni 2023   17:00 Diperbarui: 23 Juni 2023   10:11 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jakarta, kota yang diimpikan para generasi muda menjadi tujuan utama untuk mencari pekerjaan dari dulu hingga sekarang. merupakan magnet bagi para urban pendatang dari daerah karena merupakan pusat peredaran uang dan menjadi sumber perputaran ekonomi warga masyarakat dari dalam maupun luar jabodetabek. Jakarta yang memiliki luas sekitar 664,01 km² (lautan: 6.977,5 km²), dengan penduduk berjumlah 10.562.088 jiwa (2020). 

Wilayah metropolitan Jakarta (Jabodetabek) yang berpenduduk sekitar 28 juta jiwa. Memiliki warga dengan berbagai macam suku, lintas etnis, agama yang ada di Indonesia. Hampir setiap suku di Indonesia pasti dapat diketemukan bertempat tinggal di Jakarta. 

Dengan tingkat kepadatan penduduk yang sangat padat per kilometernya tentunya bisa dibayangkan bagaimana mereka berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Bahkan antar tetangga kadang tidak saling mengenal disamping itu rumah-rumahnya yang terletak di gang kecil tetapi mereka dapat betah tinggal di sana. 

Begitu saya berkenalan dengan Jakarta yang pertama kali saya terngiang-ngiang dalam pikiran saya selalu adalah suhu udaranya yang panas dan kemacetan kendaraan yang berlalu lalang tiap hari nya hampir di tiap jalan lorong-lorong di Ibukota. 

Waktu pertama kali saat saya menginjakkan kaki saya di Kota Jakarta di Tahun akhir Desember 1999 saat itu masih terlihat kumuh dan polusi kendaraan sangat memprihatinkan. Disana - sini pedagang kaki lima masih bertebaran di sisi bahu Jalan dan banyak yang berjualan di trotoal yang seharusnya diperuntukkan Pejalan Kaki. 

Penumpang KRL keadaanya sangat berjubel berdesak-desakan di Perjalanan dalam gerbongnya penuh dengan muatan orang bahkan saya mengalami sendiri dari Stasiun Citayem Bogor ke Jakarta saat saya mau memenuhi Panggilan Test Kerja ketika mau masuk gerbong kereta sudah penuh berjejalan oleh banyaknya jumlah penumpang yang ada di kereta.

 Sebenarnya kapasitas untuk penumpang sudah melampaui batas namun karena jadwal kereta apinya yang ada masih jarang sehingga penumpanya melebihi kapasitas. Bahkan saya hampir saja tidak bisa masuk karena saking padatnya. 

Namun dengan penuh perjuangan saya berusaha untuk memaksakan masuk alhamdulillah bisa masuk. Di setiap Stasiun-stasiun Kereta Api yang dilewati hampir pasti ada penumpang yang naik dan turun yang jumlahnya lebih banyak lagi daripada yang turun dari KRL. Mungkin karena tiketnya murah ekonomis hanya limaratus rupiah saja saat itu orang berpikiran lebih baik saya naik kereta soalnya kalau naik Metromini atau Kopaja bisa terlambat sampai Kantor tempat dia bekerja. 

Dan yang bikin suasana menjadi pengap dan gerah adalah adanya Pedagang asongan yang menjajakan jualan makanan kecil dan minuman menawarkan ke setiap penumpang KRL dan berjalan - jalan ikut memenuhi gerbong kereta api menambah suasana kereta menjadi tidak nyaman. bahkan ada penumpang yang duduk di atap gerbong Kereta padahal resikonya nyawa bisa melayang sewaktu-waktu namun mereka tidak menghiraukan karena terbatasnya angkutan kereta massal yang murah yang ada ya hanya angkutan itu saja.

Namun sejak Tahun 2012 mulai adanya pergantian kepemimpinan tepatnya sejak Bapak Jokowi dan Ahok mulai memimpin wilayah DKI Jakarta mulai tampak adanya perubahan kebijakan. Beliau mulai melakukan penataan Pedagang Kaki Lima yang tadinya dan Revitalisasi pembangunan Pasar Tanah Abang di Jakarta Pusat. 

Selanjutnya juga pedagang Asongan mulai ditertibkan dengan aturan tidak diperbolehkan berjualan di Kereta Rel Listrik (KRL). Dengan begitu penumpang mulai merasakan kenyamanan dan lingkungan gerbong menjadi lebih bersih rapi dan terawat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun