Mohon tunggu...
M Hafid Yahya
M Hafid Yahya Mohon Tunggu... Foto/Videografer - harta tahta sony alpha
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN SunanKalijaga (20107030115)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Manusia Silver, Kreatif atau Berisiko?

1 Mei 2021   05:33 Diperbarui: 1 Mei 2021   05:36 7767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

manusia silver saat ini keberadaan yang sangat  mudah dijumpai di berbagai ruas jalan dan lampu merah diseluruh indonesia,khususnya jawa.  belakangan sosok sosok manusia silver kerapkali menjadi sorotan lantaran terlihat unik dengan warna tubuh yang dicat terang sehingga membuat  penampilan menarik mata. namun Tahukah anda, bila awalnya manusia silver hadir sebagai bagian dari sebuah happening art atau seni pertunjukan kemudian dijadikan cara yang biasa dilakukan banyak orang orang untuk menggalang dana bagi korban bencana namun seiring perkembangan zaman sangatlah disayangkan kini aksi  manusia silver terbilang  keluar jalur dari tujuan,mereka mengambil kesempatan terutama semenjak  pandemi corona wabah sebagai mengais rejeki dengan kata lain sebagai sumber mata pencarian. tak jarang juga kesempatan bagi manusia silver ini menjadi berkedok sumbangan,manusia silver biasanya membawa sebuah kardus dengan tulisan yayasan amal ketika meminta uang di jalanan.

lantas seperti apa transformasi wujud mereka sebelum beraksi turun dijalan? mereka biasa mengecat seluruh bagian tubuhnya menggunakan cat sablon yang dicampuri minyak goreng agar menghasilkan efek berkilau saat tarpapar sinar matahari. tak jarang mereka juga menggunakan body lotion agar bau menyengat dari cat sablon berkurang.setelah tubuh mereka selesai dilumuri cat kemudian mereka siap turun dijalan.Rezeki tubuh mereka kini penuh cat dan hanya menggunakan celana pendek tanpa baju bahkan terkadang tak mengenakan alas dengan melawan teriknya matahari yang menusuk kulit. dari seorang manusia silver yang biasa berpangkalan di daerah monjali,yogyakarta. mereka menjela kaki sambil membawa sebuah manusia super pun beraksi berkeliling dari satu pengendara ke pengendara lain. mereka hanya mengarapkansatu yakni mendapatkan uangskan bahwa dengan modal sekitar 20ribu untuk membeli bahan bahan seperti cat sablon,minyak,dan body lotion sehari mereka bisa mendapatkan uang senilai 150ribu sampai 200 ribu dari hasil menjadi manusia silver.Campuran cat sablon dan minyak goreng sangat sulit hilang, karena itu para manusia silver harus membilas badan mereka dengan sabun cuci piring atau detergen. Cairan detergen itu mereka oleskan ke seluruh badan layaknya memakai sabun mandi.Setelah cat terhapus, barulah mereka mandi seperti biasa. Untuk memudahkan menghapus cat dari tubuh, tak jarang para manusia silver ini menggosok tubuhnya dengan plastik lebih dulu.

untuk memenuhi kebutuhan Hidup dan makan sehari-hari menjadi alasan utama para Manusia silver menjalani profesi ini.namun sayangnya mereka mengesampingkan konsekuensi yang ada salah satunya adallah menggunakan cat yang belum tentu aman digunakan. seorang dokter kulit yang bernama liza lindawati mengatakan bahwa

Ttentunya dari cat sablon ini dalam jangka pendek akan merusak kulit dan timbul iritasi,efek merah infeksi bahkan bisa sampai pembengkakan Nah kalau dia udah masuk ke dalam pori-pori masuk kemudian kedalam darah,masuk kedalam darah tentu efeknya dia akan mengalir keseluruh tubuh mengikuti aliran darah bahkan bisa kembali ke jantung hal ini dapat menyebabkan penyakit jantung. bahkan ada salah satu orang yang kehilangan satu bola matanya yaitu Tati warga asli jakarta.Tati, yang sehari-hari menjadi Manusia Silver untuk mencari uang, bakal kehilangan satu matanya karena infeksi akibat cat semprot warna silver yang kerap dipakainya. Perempuan 34 tahun itu ditemui oleh Menteri Sosial Tri Rismaharini bersama Tim Reaksi Cepat beberapa waktu lalu. Kementerian Sosial kemudian membawa Tati ke Balai Karya Mulya Jaya Jakarta. Di sana ia mendapatkan layanan sosial sekaligus menjalani operasi matanya di Rumah Sakit Harapan Bunda.

"Berdasarkan analisis dokter terdapat infeksi pada bola mata Tati yang diakibatkan cairan kimia yang tidak sengaja masuk ke mata dari cat silver yang setiap hari menutupi seluruh tubuhnya," ujar perawat Balai Karya Mulya Jaya Ihda Ulfia di Jakarta, Senin, 29 Maret 2021.Tati direkomendasikan untuk menjalani operasi pengangkatan bola mata agar infeksinya tidak menyebar dan membahayakan kesehatannya.

Dibalik profesi manusia silver yang dilakukan untuk menyambung hidup rupanya di beberapa daerah mulai dianggap meresahkan warga Bahkan tak sedikit dari mereka yang diamankan Hal ini dilakukan lantaran ada memanfaatkan momen tersebut untuk melakukan tindak kejahatan seperti mencuri.tak jarang juga manusia silver turun ke pemukiman warga dan mendatangi rumah demi rumah warga untuk meminta uang atau seperti mengemis.

suara.com
suara.com
Tren manusia silver ini ini telah tersebar ke sejumlah provinsi dan tampaknya, bikin repot aparat ketertiban yang mengidamkan jalanan bersih. Pelakunya juga merentang di segala usia, namun didominasi remaja. Dinas Sosial (Dinsos) Palembang, misalnya, memperlakukan mereka layaknya pengemis "tak bermodal" lain, yakni dengan memakai jalur hukum. Aksi mengecat tubuh dengan cat sablon perak dianggap sebagai pengemis gaya baru, mengganggu pengendara jalan dan ketertiban umum. Dinsos Palembang akan melakukan sosialisasi melarang tren ini. Bagi yang masih ngeyel, kurungan penjara tiga bulan dan denda sampai Rp50 juta menanti.Yang turun tangan sudah pasti bukan cuma dinsos. Tokoh utama untuk menertibkan fenomena ini tak lain adalah Satpol PP. Otomatis, hubungan Satpol PP dan manusia silver se-Indonesia mirip Tom and Jerry, kejar-kejaran meski enggak ada masalah personal di antara keduanya.Upaya agar manusia silver tidak dianggap penyakit masyarakat pernah dilakukan Komunitas Manusia Silver Kota Bandung pada 2013 lalu. Koordinator Komunitas Muhammad Sulaiman mendatangi kantor dinsos untuk audiensi, meminta dinsos menempatkan mereka secara resmi di toko-toko dan outlet ramai Kota Bandung. Dengan izin resmi, mereka berharap masyarakat akan memperlakukan manusia silver sebagai bentuk pertunjukan. Perkara manusia silver versus aparat nyatanya enggak sesederhana kucing-kucingan belaka. Situasi pandemi membuat segala cara dilakukan masyarakat rentan sekadar untuk menyambung hidup. Menjadi manusia silver terbukti menjanjikan sebagai sumber penghasilan di kala pandemi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun