Desa Pagar Bukit, Pesisir Barat, sebuah tradisi kuno yang dikenal sebagai "Mamalam Pituh Likogh" kembali memukau penduduk dan para pemuda setempat. Tradisi ini merupakan bagian tak terpisahkan dari warisan budaya yang telah diwariskan secara turun-temurun selama berabad-abad didaerah Lampung.
Pekon/Malam Minggu, 6 April 2024 ribuan warga desa berkumpul di depan pasar Senin untuk menyaksikan perayaan Mamalam Pituh Likogh yang baru tahun ini digelar. Para pemuda dan pemudi pekon menunjukkan kreatifitas dalam menyusun Batok Kelapa serta obor yang dinyalahkan.
Sebelum acara dimulai, terdapat serangkaian sambutan yang dimulai dari pratin/kepala desa Ibu  Nyuningsih dan Babinsa Bapak Waduwi Purnomo.Â
"Semoga acara tradisi semacam ini akan terus dijaga kelestariannya supaya dapat menjadikan contoh bagi kalangan generasi selanjutnya prihal tradisi Lampung," ujar Ibu Pratin ketika sambutan.
Selanjutnya, "tradisi ini menggunakan batok kelapa yang dipasang disepan rumah. Karena untuk mengenang para pendahulu yang menjadikan batok kelapa sebagai alat untuk menggosok baju, penerangan serta kemeriahan menyambut malam Lailatul Qodar serta warga membawa obor untuk keliling desa," ujar Habib Muzakkar.
Tradisi Mamalam Pituh Likogh tidak hanya menjadi hiburan bagi penduduk setempat, tetapi juga menjadi daya tarik bagi wisatawan yang datang dari berbagai penjuru daerah. Mereka terpesona oleh keindahan budaya lokal dan keberanian pemuda desa yang menjaga tradisi ini tetap hidup.
Dengan keberlangsungan tradisi ini, Desa Pagar Bukit terus memperkuat identitas budayanya dan memberikan inspirasi bagi generasi mendatang untuk melestarikan warisan nenek moyang mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H