Jakarta, 9 Oktober 2023 - Pemilu kali ini menjadi sorotan publik dengan harapan besar untuk melihat wajah perempuan yang mengemban jabatan tertinggi di Republik Indonesia, yakni posisi wakil presiden.Â
Pertanyaannya, sejauh mana harapan ini realistis, dan apa kontribusi perempuan dalam pemerintahan sebenarnya?
Pentingnya kehadiran perempuan dalam pemerintahan bukan hanya soal meraup suara, melainkan lebih jauh tentang representasi.Â
Mereka diharapkan bisa membawa suara dan perspektif kelompok perempuan, anak-anak, serta kelompok rentan dalam pengambilan kebijakan. Namun, pertanyaan mendasar muncul:Â
apakah kehadiran perempuan di puncak pemerintahan hanyalah sekadar pencitraan, ataukah benar-benar membawa perubahan signifikan?
Pertanyaan berikutnya adalah sejauh mana cawapres perempuan dapat meningkatkan kualitas pemilu secara cerdas.
 Apakah kehadiran mereka mampu mengangkat derajat demokrasi, ataukah hanya menjadi strategi untuk menarik simpati pemilih? Penilaian terhadap elektabilitas juga menjadi fokus,Â
apakah berpasangan dengan cawapres perempuan dapat meningkatkan daya tarik bagi pemilih, atau justru sebaliknya.
Meski harapan akan kehadiran perempuan di posisi strategis tinggi, kenyataannya, mereka masih dihadapkan pada berbagai tantangan.Â
Tidak hanya terkait persepsi masyarakat, namun juga dalam membuktikan kapabilitas dan keberanian dalam mengambil keputusan krusial. Artikel ini akan menguraikan sejauh mana perempuan di Indonesia bisa bersaing di tingkat tertinggi dan mengidentifikasi tantangan yang masih dihadapi di tengah kondisi politik dan sosial saat ini.
Dalam menghadirkan pandangan yang kontroversial, Rocky Gerung, tokoh intelektual tanah air, memberikan pemikiran kritis tentang kehadiran perempuan di politik.Â