WAKIL RAKYAT HARUS MERAKYAT
Oleh : M. Mizan Fatoni
Awalnya mereka yang duduk di kursi legislatif baik tingkat kabupaten/kota, provinsi maupun pusat merupakan orang yang dipilih langsung oleh rakyat. Katanya juga akan berjuang untuk rakyat. Hidup berdampingan dengan rakyat. Namun, seiring dengan berjalannya waktu mereka mulai melupakan rakyat. Jangankan hidup berdampingan, untuk bertemu saja menjadi suatu hal yang langka. Jadi wajar saja, kalau Iwan Fals melalui lirik lagunya mengkritik tegas anggota dewan yang terhormat.
Wakil rakyat seharusnya merakyat
Jangan tidur waktu sidang soal rakyat
Wakil rakyat bukan paduan suara
Hanya tahu nyanyian lagu "setuju"
Begitu juga dengan penampilan anggota dewan yang terhormat dari berbagai partai politik. Kesannya para angota dewan yang terhormat tersebut lebih mementingkan dirinya, keluarganya dan partai politiknya.
Memang itulah yang akan terjadi jika sebuah jabatan diartikan sebagai kekuasaan sehingga mengabaikan nilai moral, etika dan ilmu pengetahuan. Bahkan terkadang akal sehatpun "tergadaikan" demi sebuah kekuasaan. Namun sebaliknya jika jabatan diartikan sebagai sebuah amanah tentu akan cenderung lebih mementingkan kepentingan rakyat.
Sebagai orang yang dipilih langsung oleh rakyat, tidak seharusnya mencederai kepercayaan rakyat yang didapatkan dengan susah payah itu dengan bertingkah masa bodoh terhadap kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh rakyat. Rakyat  akan bersikap skeptis jika melihat wakil rakyat yang hanya memikirkan kepentingan pribadi dan koleganya, dan sikap skeptis itu akan berdampak pada munculnya apatisme bahwa ada atau tidaknya wakil rakyat tidaklah berpengaruh terhadap kehidupan rakyat.
Memang tidak semua para wakil rakyat yang bersikap demikian, sebagian dari mereka juga sangat peduli dengan kepentingan rakyat. Inilah yang harus kita perbaiki bersama dari proses demokrasi di negeri ini, jangan sampai memilih wakil rakyat hanya karena money politik dan janji-janji manis yang diberikan, karena hal tersebut dapat melahirkan demokrasi yang tidak sehat dan pada akhirnya Memilih tidak lagi berdasarkan hati nurani, tapi siapa yang paling banyak memberi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H