Mohon tunggu...
M WIldan
M WIldan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Pamulang

Menjadi guru bagi kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Korona dan Khatam Al Quran, Sebuah Refleksi Kata-kata Religius

20 April 2020   15:44 Diperbarui: 20 April 2020   15:44 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada masa keterbatasan ini sejatinya akan mengeluarkan orang-orang yang juara. Tentu bagi orang yang dapat memanfaatkannya dengan baik dan maksimal selama keberadaan di rumah. Saya yang sehari-hari sebagai Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kealumnian memiliki berbagai tugas koordinasi dengan sejumlah tim divisi kemahasiswaan dan pejabat struktural Universitas Pamulang untuk melaksanakan sejumlah surat instruksi kegiatan selama proses bekerja dari rumah (work from home). 

Namun walau demikian di tengah keterbatasan kontak sosial ini ada baiknya kegiatan kantor diimbangi pula dengan kegiatan ibadah yang sempat tertunda berbulan-bulan. Untuk itu, saya memotret sejumlah kebijakan yang tertuang dalam sejumlah fakta bahasa ini  menjadi kata-kata religius bagi masyarakat. Pasalnya, inilah saatnya memperbanyak ibadah selama keberadaan di rumah. Lebih-lebih kurang dari satu bulan umat Islam memasuki bulan suci Ramadan.  

Ibadah tertuda itu (mungkin) bernama khatam Alquran. Harus diakui memang di tengah aktivitas sehari-hari yang padat membaca Alquran terkadang perhari hanya dua lembar dan bahkan tidak sempat dibaca walau satu ayat. Berbeda ihwalnya dengan masa lebih banyak di rumah ini hampir setiap salat fardu disempatkan untuk membaca Alquran karena tidak adala alasan lain untuk tidak membacanya. 

Kian hari kian banyak lembar Alquran yang dibaca. Semakin sering dibaca semakin meneguhkan hati bahwa ada kepuasan batin di tengah hidup sehari-hari dijalani di rumah bersama keluarga. Saya kira inilah pesan tersirat bekerja dan beribadah dari rumah.  

Sebutlah sebagai contoh kasus yang terjadi pada diri saya yang memanfaatkan kebijakan pembatan sosial bersekala besar (PSBB): diam di rumah dengan mengkhatam Alquran. Saya teringat menjelang puasa tahun 2019 mengkhatamkan Alquran. Kemudian Alquran dibaca lagi dari awal untuk tujuan mengkhatam juga, namun sejak khatam 2019 ini belum khatam-khatam juga. 

Bahkan jauh dari tampak khatam. Dengan adanya kebijakan bekerja dari rumah saya membuat kontrak dengan diri sendiri untuk memperbanyak jumlah halaman Alquran yang harus dibaca setiap harinya. Tepatnya diprogramkan membaca Alquran setelah salat wajib. Alhamdulillah program ini berjalan lancar bahwa sekitar dua minggu Alquran dapat dikhatamkan teapatnya pada Rabu, 8 April 2020 sebelum saya menunaikan ibadah salat subuh.

Apa pelajaran yang dapat ditarik dari wabah Covid-19? Wabah Covid-19 ini telah menguliahkan manusia yang cerdas membaca bahwa ini sebagai peluang untuk peningkatan beribadah. Mari melihat Covid-19 ini dari sisi religius, yang walau media ibadah saat ini dibatasi, seperti beribadah dari rumah. 

Bagi saya pribadi hal ini tidak menjadi masalah. Pasalnya, ibadah itu dapat dilaksanakan di mana saja. Hal terpenting dari itu semua lagi adalah mari memasang niat yang ikhlas bahwa selepas Covid-19 ini kita giat dalam beribadah di masjid yang selama ini kita tinggalkan karena dalam rangka pencegahan penyebaran Covid-19. Toh, fatwa MUI telah jelas adanya instruksi beribadah dari rumah. Untuk itu, dalam konteks kedaruratan semacam ini tetap memperhatikan dan mengikuti protokol kesehatan yang dikeluarkan oleh pemerintah dan pihak berwewenang.

Percayalah bahwa Covid-19 mampu dilawan dengan cara diam di rumah (stay at home) sambil memperbanyak beribadah dari rumah. Sejatinya sejumlah kebijakan yang termanipestasikan dalam kata-kata ini memuat aspek religius. Selamat mencari makna di balik fakta kebahasaan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun