Â
  Saat ini Jakarta sebagai daerah metropolitan semakin berkembang menuju kota global dengan kompleksitas sosial yang tinggi, perkembangan tersebut didukung dengan kemajuan infrastruktur serta jumlah penduduk yang besar. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta jumlah  penduduk Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2023 mencapai lebih dari 10 juta jiwa.selain  kepadatan penduduk yang  tinggi Jakarta juga mempunyai komposisi penduduk yang sangat beragam
  Komposisi penduduk yang beragam disebabkan oleh fenomena demografi salah satunya karena banyaknya jumlah pendatang yang menetap dan mencari penghidupan di ibukota,tingginya aktivitas ekonomi dan peluang kerja yang besar mebuat Jakarta menjadi prioritas utama bagi para pendatang untuk berbondong-bondong tinggal di kota ini.
  Para pendatang tersebut berasal dari berbagai daerah di Indonesia bahkan dari luar negeri,dengan latar belakang wilayah yang berbeda-beda menyebabkan kota Jakarta semakin kompleks dengan beragam budaya,suku,ras dan agama.Keragaman tersebut  menjadi  representasi indah dari semboyan"Bhineka Tunggal Ikka",namun disisi lain keragaman tersebut turut menyumbang  terhadap tingginya potensi konflik di Jakarta.
  Contohnya saja konflik antar umat beragama,Jakarta mempunyai catatan sejarah kelam tentang konflik umat beragama,peristiwa Tanjung Priok 1985,teror bom Sarinah,hingga Geger Pecinan tahun 1740 cukup memberi luka bagi pluralisme di Jakarta.konflik-konflik semacam itu saat ini  masih berpotensi tinggi untuk terulang kembali di kota ini,bahkan tidak menutup kemungkinan akan terjadi ledakan konflik agama yang lebih besar daripada peristiwa tersebut.Â
   Menanggapi tingginya potensi konflik tersebut,NGO mempunyai peran penting dalam menjaga stabilitas sosial  masyarakat dan perdamaian ditengah keragaman yang ada. salah satu NGO internasional yang bergerak di bidang perdamaian yaitu Global Peace Foundation mempunyai tujuan untuk membangun perdamaian diatas segala perbedaan,dalam usaha membangun perdamaian GPF menggunakan pendekatan preventif untuk mencegah terjadinya gesekan-gesekan di tengah masyarakat.
  GPF telah aktif untuk melaksanakan program peace building di beberapa kota besar Indonesia seperti Jakarta,Bandung,Semarang dan Surabaya. keaktifan dalam pembangunan perdamaian tersebut didasari oleh kekhawatiran akan potensi konflik di kota kota besar.Di Jakarta sendiri GPF telah berupaya membangun perdamaian antar umat beragama melalui dialog lintas iman dan kunjungan ke tempat-tempat ibadah.
  Tingginya sentimen negatif antar pemeluk agama yang berbeda disebabkan karena kurangnya wadah untuk saling berinteraksi dan berdialog bersama,hal ini disampaikan oleh Andi Arief selaku koordinator program GPF Indonesia
"kenapa sih akhirnya orang itu memiliki sentimen antar agama??, karena kita nggak pernah berkunjung di rumah ibadahnya, itu akan berbeda dengan orang-orang yang sejak lahir hidup di lingkungan yang beragam mereka sudah saling mengenal dan  mereka akan lebih toleran ,nah kita bangun agar budaya seperti itu di tengah masyarakat, kita kasih pengalaman itu"
  Menurut Arief, saling mengunjungi tempat ibadah adalah suatu langkah pencegahan terhadap potensi konflik sekaligus membangun perdamaian di tengah perbedaan,karena saat ini masyarakat masih menganggap jika berkunjung ke tempat ibadah agama lain adalah perilaku yang tabu dan persepsi tersebut  menyebabkan kurangnya ruang untuk saling berinteraksi dan membangun kesepahaman antar umat agama.