Mohon tunggu...
M MisbakhulKhoir
M MisbakhulKhoir Mohon Tunggu... Mahasiswa - Rajin Tidur

Jangan suka mengkhianati

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dahsyatnya Kepercayaan Murid kepada Gurunya

18 November 2021   14:11 Diperbarui: 18 November 2021   14:13 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

          Dalam proses pembelajaran, murid membutuhkan orang alim atau yang umum disebut dengan guru, ustadz, atau kiai. Murid dan orang alim perlu berinteraksi. Oleh karena itu ada adab-adab tertentu yang harus diperhatikan seorang murid terhadap gurunya sebagaimana dinasihatkan oleh Imam al-Ghazali dalam risalahnya berjdudul al-Adab fid Din dalam Majmu'ah Rasail al-Imam al-Ghazali (Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, t.th., halaman 431). Apa yang dikatakan oleh gurunya itu di percayai oleh murid apapun itu,  walaupun guru mengatakan sesuatu kalo itu bercanda tetapi murid tetap percaya bahwa itu bukan candaan. Karena itu kalam guru pasti benar dan harus percaya. 

"Adab murid terhadap guru, yakni: mendahului beruluk salam, tidak banyak berbicara di depan guru, berdiri ketika guru berdiri, tidak mengatakan kepada guru, "Pendapat fulan berbeda dengan pendapat Anda", tidak bertanya-tanya kepada teman duduknya ketika guru di dalam majelis, tidak mengumbar senyum ketika berbicara kepada guru, tidak menunjukkan secara terang-terangan karena perbedaan pendapat dengan guru, tidak menarik pakaian guru ketika berdiri, tidak menanyakan suatu masalah di tengah perjalanan hingga guru sampai di rumah, tidak banyak mengajukan pertanyaan kepada guru ketika guru sedang lelah."

          Ada cerita bahwasanya ada murid yang di tes langsung oleh gurunya, yaitu dengan membandingkan antara cinta kepada guru dan ayahnya. Dan murid berkata bahwasanya cinta kepada guru ketimbang ayahnya. Dengan membuktikan kalam dari gurunya yaitu membawa kepala ayahnya kepada gurunya maka murid tersebut melaksanakanya, padahal gurunya bermaksud bercanda, dan ketika murid berhasil membawa kepala ayahnya dan di berikan kepada gurunya, gurunya songak kaget dan seketika itu kepala yang dibawa oleh murid berubah menjadi kepala orang kafir yang suka mengganggu kaum muslimin pada kala itu. (Al Habib Abu Bakar bin Aqil) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun