“Bagaimana persiapan untuk upacara Sangjit besok?” tanya kungkung padaku.
“Mmmm…. Hampir selesai kung. Aku telah menyiapkannya. Aku telah membeli semua keperluan Sangjit. Mungkin besok kita sudah bisa menghiasnya” ucapku.
Kungkung – seorang lelaki tua yang merawatku. Dia sangat menyayangiku sejak kematian orangtuaku tiga tahun lalu.
“Apakah pakaian Cheongsam mu pas untukmu?” Apakah kamu sudah mencobanya?”
“Tentu saja kung. Aku telah mencoba pakaian Cheongsam ku. Dan ini sangat indah”
“Dan bagaimana dengan buah – buahan dan yang lainnya untuk Sangjit besok? Apakah semuanya telah pas jumlah dan ukurannya?”
“Aku pikir demikian kung…”
“Jangan sepelekan tradisi leluhur kita Liong Fuk. Ini tidak baik. Kerjakanlah sebaik mungkin” jawab kungkung sambil menunjukkan jarinya di depanku. Lalu ia tersenyum.
“Ya kung. Aku paham” jawabku singkat.
“Bisa aku lihat pakaian Cheongsam untuk si wanita?” tanya Niu Nai kepada Liong Fuk. Dia adalah neneknya Liong Fuk. Dia kelihatan masih sangat cantik di usianya yang ke 85 tahun. Kemudian dia memeriksanya dengan hati – hati.
“Ngomong – ngomong, siapa nama calon istrimu itu?” tanya kungkung.