Sebagai orang yang berkuasa, setidaknya tuh bisa mengayomi rakyat dan bisa menggunakan kekuasaannya untuk menyejahterakan rakyat. Bukan menyejahterakan diri sendiri. Catat.
Hanya karena keegoisan dan keserakahan diri, semua orang kena getahnya. Ibaratnya, satu orang makan nangka, yang lain kena getahnya.
Gak salah sih memperkaya diri sendiri, tapi mbok ya jangan pakai uang rakyat. Itu aja. Apa gak malu ngabisin uang rakyat untuk mempercantik diri dengan tas LV dan kaos Old Navy? Hai bro, ingat itu uang panas.
Makanya, jika ingin hidup mewah jangan jadi pejabat. Bisnis dong kayak Bu Susi. Alhasil, keinginan untuk mengkorup uang negara tidak akan ada di otak kita. karena kita sudah dapat banyak uang lewat bisnis kita.
Tapi ya dasarnya korupsi itu udah ada sejak dulu, mau gimana lagi ya? Akar-akar korupsi itu sudah mendarah daging. Tertanam kuat sejak pertama kali nancap di bumi Indonesia. Yakni pada zaman VOC.
Awalnya sih korupsi kecil-kecilan. Bilangnya untuk uang rokok dan upeti tanda terima kasih. Tapi lama kelamaan orang jadi mikir, gak mau lah dikasih rokok mulu. Emang kita makan rokok? Jadi deh korupsi tumbuh subur hingga detik ini.
***
Ada penjahat, tentu ada pahlawan dong. Kayak di Film Sponge Bob Square Pants. Gak terima benur dikorupsi, Barnacle Boy beraksi menangkap Si Plankton yang berusaha memonopoli perdagangan Benur.
Ah kasihan Si Plankton. Makanya jangan main-main dengan Benur. Emaknya Benur gak terima anaknya dijual tuh. Susah-susah ngelahirin dan ngebesarin, eh situ enak banget comot sana sini jual sana sini.
Tak berhenti sampai di situ saja, emaknya Benur tambah sedih saat ada yang bilang mengekspor anaknya gak nyalahin aturan. Anda kira gampang ngelahirin Benur? Susah woey.
Karena berusaha melindungi Benur pula, serangan dari para netijen yang terhormat berdatangan. Melancarkan fitnah dan komentar pedas di sosmed. Tapi Emaknya Benur tetap menanggapi dengan bijak. Demi apa? Demi anaknya Si Benur. Hebat gak?