Hampir setiap hari, Bahaar Begum berlatih menari di sebuah tempat tak jauh dari rumahnya. Berbeda dengan anak kecil pada umumnya, Bahaar Begum lebih suka menari daripada bermain. Seperti halnya sore itu ketika teman-temannya mengajaknya bermain bersama, ia lebih memilih memisahkan diri dan berdiri diluar sebuah jendela. Dari balik jendela itu, Bahaar Begum dengan kagumnya melihat para wanita cantik menari-nari. Gerakan mereka sangat lincah. Dengan berdiri diatas kedua kaki dengan gerakan berputar yang cepat, wanita-wanita itu telah menanamkan sebuah hasrat didalam hati Bahaar Beghum kecil.
"Aku harus bisa menjadi seperti mereka. Aku akan menjadi seorang penari Kathak." gumam Bahaar Begum dalam hati. Dan tanpa ia sadari, tubuhnya berputar mengikuti gerakan-gerakan para penari itu dari balik jendela.
Dalam setahun, Bahaar Begum telah mampu menguasai gerakan tatkar dan chakkar. Gerakan-gerakan yang sering ia amati dibalik jendela sebuah bangunan. Yang kini di usianya yang mulai matang, ia akhirnya tahu bahwa bangunan itu adalah sebuah tempat pelacuran di Hyderabad.
***
Waktu berlalu makin cepat, penderitaan rakyat semakin bertambah. Mereka menderita dan kelaparan. Perbudakan merajalela. Banyak orang miskin menjadi budak bagi orang kaya sekedar untuk mendapatkan makan. Demikian halnya orang kaya di Hyderabad, terutama para pedagang besar. Mereka mulai tercekik oleh tingginya pungutan pajak atas barang dagangan mereka. Persaingan diantara para pedagang semakin ketat.
"Anakku, usaha keluarga kita mulai di ambang kebangkrutan. Kau perlu tahu itu." ucap Hussain Sagar.
"Aku tahu ayah. Ayah tidak perlu khawatirkan itu. Aku akan membantu Ayah." jawab Bahaar Begum meyakinkan ayahnya.
Sore itu matahari bersinar cukup cerah. Bahaar Begum berjalan menuju sebuah tempat yang sangat ia kenal sejak kecil. Sebuah tempat yang akan mewujudkan keinginannya kelak. Sari merah Bahaar Begum begitu indah melekat di tubuhnya yang ramping. Kerudung kuning dengan hiasan bunga-bunga merah menutupi kepalanya. Mutiara putih berkilauan diantara hiasan bunga-bunga itu. Sindur merah membelah belahan rambutnya yang hitam. Sangat kontras dengan sari yang ia pakai.
Sepanjang perjalanan, banyak lelaki memandangnya takjub. Kecantikannya seolah telah membius mereka semua. Langkah kaki Bahaar Beghum akhirnya terhenti setelah tiba di Pradesh. Sebuah nama tempat pelacuran terkenal di Hyderabad. Tempat dimana ia sering melihat para wanita menari Kathak sewaktu ia kecil. Dan kini ia telah kembali. Bukan sebagai seorang gadis kecil yang dulu. Namun sebagai seorang gadis muda yang sangat cantik.
Bahaar Begum tahu resiko yang akan ia hadapi. Sekali ia melangkah masuk ke Pradesh, ia akan sulit untuk keluar. Sebagai tempat pelacuran yang cukup besar di Hyderabad, semua orang pasti akan mengenal semua penari-penari Kathak disana. Penari-penari penghibur para lelaki hidung belang.
Bahaar Begum tidak peduli. Gemerincing gelang kakinya menandakan bulatnya tekad gadis itu untuk menjadi seorang penari Kathak. Suara gemerincing itu akhirnya berhenti berbunyi saat seorang wanita paruh baya yang cukup cantik berdiri dihadapannya.