Penginapan Al Anbath mulai nampak sepi. Dil uar mulai gelap. Teana berbaring diatas ranjang di dalam kamarnya. Setelah mengganti pakaiannya, ia membolak -balik lembaran buku tentang obat dan tanaman rempah -- rempah yang diberi oleh ibunya. Dengan penerangan lilin, halaman demi halaman mulai ia baca.
Disamping Teana tergeletak dua buah gulungan kulit unta yang berisi catatan ramuan obat -- obatan Timur Tengah. Ramuan itu diturunkan dari keluarga Teana secara turun temurun dari generasi ke generasi.
Sementara itu alunan musik qanun dan rebana terdengar dari luar. Beberapa pemusik jalanan sedang asyik memainkan alat musik itu. Menghibur para pedagang yang nampak mulai berdatangan ke penginapan untuk melepas lelah.
Alunan lembut qanun -- alat musik kecapi di Semenanjung Arab -- dan rebana beradu dengan sempurna membentuk sebuah lagu yang indah. Satu dua orang pedagang nampak melemparkan koin emas mereka kedalam sebuah mangkuk kecil. Sehingga membuat sebuah bunyi gemerincing dari dalam mangkuk. Pemain musikpun tersenyum menyambut datangnya koin -- koin itu.
"Tuan... Apakah Tuan sudah tidur? tanya Almeera setelah mengetuk pintu kamar Teana.
"Masuklah Almeera, aku belum tidur."
Terdengar suara pintu terbuka dan langkah kaki Almeera memasuki kamar.
"Ada apa Almeera? Hari sudah malam, mengapa kau belum tidur juga?"
"Maaf Tuan, ada sesuatu yang ingin hamba sampaikan kepada Tuan." jawab Almeera singkat.
Lalu Almeera mengambil tempat duduk disebelah ranjang Teana di dekat gulungan kulit unta. Ia kemudian menyerahkan sebuah bungkusan kain kepada Teana.
"Apa ini Almeera?" tanya Teana kemudian.