“Jangan janji – janji terus, aku tak mau kau bohong” bisikku sebelum kau pergi.
Malam makin kelam. Namun aku disini selalu menunggu dan menunggumu. Jangan pergi – pergi lagi. Temani aku tuk sebentar saja. Agar aku tak kesepian. Gumamku dalam hati.
Malam ini temanku hanyalah puluhan anai – anai yang beterbangan mengelilingi lampu diluar jendela kamarku. Sementara itu tanganku sibuk mengutak – atik tombol di handphoneku. Hanya itu yang bisa aku lakukan untuk membunuh kesepian ini.
Satu jam telah berlalu. Tepatnya satu jam lewat dua puluh menit setelah kepergianmu. Namun tetap tak ada kabar darimu. Handphoneku tetap mati. Mati seperti hatiku saat ini. Mati karena terlalu lama menunggumu.
“Kemana… Kamu kemana… Disini bukan?” aku mulai gelisah.
Aku bersandar di jendela kamarku sambil membolak – balik handphoneku. Berharap kamu ada disini. Namun yang kutemui hanya potretmu dilayar handphoneku yang tersenyum manis kepadaku.
“Aaah… kamu selalu begitu padaku” gerutuku dalam kesepian.
Sementara itu lampu jalanan mulai terang. Menandakan malam semakin kelam. Namun aku disini tetap menunggumu dibalik jendela kamarku yang gelap. Anai – anai yang berputar menari – nari mengelilingi lampu mulai pergi satu persatu. Menandakan pesta telah usai malam ini.
“Jangan pergi – pergi lagi, aku tak mau sendiri” pintaku dalam hati.
Aku tahu dengan posisimu sekarang ini tidak mungkin kamu punya banyak waktu untukku. Seluruh waktumu hanya untuk pekerjaanmu. Tapi setidaknya aku mohon kau luangkan sedikit waktumu untuk membunuh kesepianku ini.
Mendadak layar handphoneku menyala. Kesepianku telah terbunuh. Aku tersenyum dan aku buka pesan darimu…