Ngeruat adalah bentuk sedekah bumi atau hajat bumi yang sering dilaksanakan oleh masyarakat desa cijambe, yang biasanya pada awal bulan Agustus. Ngeruat sendiri merupakan sebuah budaya yang diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyang di desa Cijambe. Ngeruat merupakan sedekah bumi pada umumnya. Sedekah bumi sendiri dalam konteks budaya Indonesia, adalah sebuah tradisi yang telah berlangsung selama berabad-abad. Ini adalah bentuk penghormatan terhadap alam dan cara untuk berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat.Â
Konsep Sedekah Bumi dalam perspektif sosiologi agama, mengidentifikasi bagaimana praktik ini memengaruhi kesejahteraan masyarakat, dan mengaitkannya dengan prinsip-prinsip agama yang mendasarinya. Sedekah Bumi adalah suatu konsep yang mendalam yang menekankan penghormatan terhadap alam dan praktik memberi kembali kepada alam sebagai tanda rasa terima kasih atas sumber daya alam yang telah kita nikmati. Dalam berbagai agama, konsep Sedekah Bumi muncul dengan nama yang berbeda-beda tetapi memiliki makna serupa.
Perspektif sosiologi agama dalam melihat Ngeruat sebagai bentuuk sedekah bumi adalah melihat dari segi bagaimana keyakinan agamanya, nilai-nilai, dan praktik berdampak pada struktur sosial dan interaksi manusia dalam masyarakat. Sedekah Bumi (Ngeruat) dalam konteks ini menunjukkan bagaimana keyakinan agama tentang hubungan antara manusia dan alam memengaruhi perilaku sosial dan budaya. Sedekah Bumi memiliki dampak sosial yang signifikan dalam masyarakat. Ini menciptakan pola perilaku yang menghargai alam dan memiliki dampak jangka panjang pada keberlanjutan lingkungan. Kesadaran Lingkungan yang Meningkat: Konsep Sedekah Bumi meningkatkan kesadaran lingkungan dalam masyarakat. Ini mengubah pandangan sosial tentang pentingnya menjaga alam dan keberlanjutan.
Dalam perspektif sosiologi agama, Sedekah Bumi adalah contoh konkret tentang bagaimana nilai-nilai agama dapat memengaruhi tindakan sosial dan budaya dalam rangka menjaga lingkungan. Konsep ini mengajarkan pentingnya menjaga harmoni antara manusia dan alam, dan dalam prosesnya, memberikan pelajaran berharga bagi masyarakat dalam mengejar keberlanjutan dan keharmonisan dengan alam.
Dalam Islam sendiri sedekah dikenal sebagai salah satu bentuk amal ibadah yang sangat dianjurkan. Sedekah Bumi dapat dipandang sebagai bentuk pengakuan bahwa segala yang diberikan oleh alam merupakan karunia dari Allah. Dengan memberikan sebagian hasil panen sebagai sedekah, petani muslim menjalankan kewajiban agama mereka untuk berbagi dengan sesama dan membantu masyarakat yang kurang beruntung. Sedangkan dalam tradisi Hindu, Sedekah Bumi seringkali berhubungan dengan pemujaan dewa pertanian seperti Dewi Sri. Ini adalah ungkapan rasa syukur atas kesuburan tanah dan harapan agar panen berlimpah. Dalam sosiologi agama, Sedekah Bumi Hindu mencerminkan hubungan erat antara agama dan budaya pertanian.
Dari bentuk kegiatan Ngeruat sendiri itu memberikan dampak atau implementasi bagi masyarakat, seperti dari segi sosialnya adalah tradisi Sedekah Bumi (Ngeruat) sering melibatkan komunitas secara luas, mempromosikan rasa persatuan dan kebersamaan. Ini memperkuat jaringan sosial di antara masyarakat dan menciptakan hubungan yang lebih erat. Dan dari segi spiritual atau keagamaannya Sedekah Bumi (Ngeruat) memberikan makna lebih dalam dalam hidup petani. Mereka melihat praktik ini sebagai bentuk pengabdian kepada Tuhan atau roh alam, yang memberikan pemahaman tentang keberadaan mereka dalam alam semesta.
Sedekah Bumi (Ngeruat) adalah praktik kuno yang memiliki dampak yang signifikan pada kesejahteraan masyarakat itu sendi. Dalam perspektif sosiologi agama, kita dapat melihat bagaimana tradisi ini terkait erat dengan nilai-nilai keagamaan, sosial, ekonomi, dan lingkungan. Sedekah Bumi bukan hanya sekadar tradisi, tetapi juga merupakan wujud penghormatan terhadap alam dan kesejahteraan bersama. Dalam dunia yang semakin modern, menjaga tradisi seperti Sedekah Bumi adalah penting untuk memastikan kelestarian nilai-nilai budaya dan kesejahteraan masyarakat yang lebih luas.
Referensi :
 Salim, A. (2013). "Sedekah Bumi: The Tradition of Earth Offering in Indonesian Hinduism." Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde, 169(4), 461-486.
Turner, V. (1977). "The Ritual Process: Structure and Anti-Structure." Routledge.
Jain, P. (2011). Dharma and Ecology of Hindu Communities: Sustenance and Sustainability. Ashgate Publishing, Ltd.