Mohon tunggu...
M FaizalKemalsyah
M FaizalKemalsyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membangun Inklusivitas Organisasi Guna Menjaga Keharmonisan Dalam Keberagaman

15 Desember 2022   21:41 Diperbarui: 15 Desember 2022   21:50 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keberagaman merupakan hal yang tidak dapat dihindari dan selalu ada baik didalam organisasi ataupun diluar organisasi. Keberagaman lahir karena manusia dilahirkan dengan etnis, ras dan agama yang berbeda-beda sehingga manusia  sudah seharusnya mampu untuk menghindari konflik dan perbedaan pendapat dengan cara saling mengahargai dan toleransi. Dapat diketahui, keberagaman memiliki dua jenis yaitu surface level dan deep level. Surface level merupakan keberagaman yang dapat dilihat dari jenis kelamin, ras, etnis, suku dan lainnya sedangkan, deeplevel merupakan keberagaman yang berada dalam diri manusia dan sulit diketahui seperti pemikiran dan opini manusia.  

Bahwa dengan adanya keberagaman tersebut terkadang melahirkan sebuah konflik yang dapat memecah sebuah organisasi. Maka dari itu, inklusivitas perlu dibangun oleh setiap individu. Inklusivitas adalah keterbukaan setiap individu dalam menerima perbedaan dan mampu menghargai semua perbedaan itu untuk mencapai tujuan bersama. Inklusivitas terjadi ketika semua orang terbuka akan perbedaan sehingga paham inklusivsme ini sangat berpengaruh untuk mencegah terjadinya konflik disfungsional yaitu konflik dimana terjadinya distorsi karena perbedaan yang dapat merugikan organisasi.

Stefanie K. Johnson merumuskan bagaimana agar inklusivitas dapat tercipta yaitu dengan memahami belonging yang berhubungan dengan uniqueness. Belonging dapat dipahami sebagai rasa memiliki suatu organisasi atau individu dengan ekspresi dan tindakan. Sedangkan uniqueness adalah kehendak setiap orang untuk menjadi dirinya sendiri sehingga didalam sebuah organisasi  yang inklusif akan memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk menunjukan nilai atau keunikan didalam dirinya. Bahwa inklusivitas akan terjadi ketika dua konsep tersebut yaitu, belonging dan uniqueness berhasil diciptakan didalam sebuah organisasi karena ketika salah satu konsep tersebut tidak ada maka hal ini menyebabkan individu merasa tidak lengkap atau incomplete.

Sebuah organisasi sangat membutuhkan inklusivitas ketika anggota organisasi tidak memiliki sifat yang inklusif akan berdampak pada penurunan kesejahteraan, kesehatan mental, produktivitas, dan komitmen seseorang. Oleh karena itu, inklusivitas menghindari hal tersebut terjadi disebuah organisasi dan memberikan manfaat bagi setiap individu untuk lebih terlibat didalam pekerjaan dan lebih ingin bekerja karena merasa perbedaan yang dimilikinya bukanlah sebuah hambatan yang dapat mengganggu produktivitas dirinya.

Bahwa dalam sebuah keberagaman biasanya melahirkan bias yaitu prasangka yang lahir di alam bawah sadar. Hal ini dipengaruhi dari asosiasi mental berdasarkan pengalaman dan informasi yang kita dapatkan. Cara agar dapat mengatasi bias atau unconscius bias dapat dilakukan dengan metode SIP (Sadari/mengakui, Identifikasi, dan Perluas). Menyadari bias yang kita miliki dan mengidentifikasi mengapa bias tersebut dapat lahir serta bagaiamana bias tersebut dapat mempengaruhi kita, setelah itu memperluas diri dengan melihat sesuatau dari sudut pandang orang lain. Hal in memang memerlukan waktu dan usaha namun ketika kita telah menyadari bias dan mengubah perilau maka sifat inklusif didalam diri ita akan lahir kembali.

Setiap orang bertanggung jawab akan inklusivitas dalam dirinya masing-masing sehingga setiap individu melahirkan sebuah kondisi sosial yang sehat dan nyaman. Setiap individu didalam organisasi bertanggung jawab akan tiga aspek yaitu,

  • Respect, Setiap orang bertanggung jawab untuk menciptakan keadilan dalam perlakuan dan saling menghargai keberagaman.
  • Value & belonging, Setiap orang bertanggung jawab menghargai keunikan dan saling merasakan adanya rasa keterhubungan sosial dan keanggotaan organisasi
  • Saling menginspirasi, setiap orang bertanggung jawab dalam mendukung setiap anggota organisasi agar memiliki kepercayaan diri untuk berbicara dan saling memotivasi.

Inklusivitas pada hakikatnya mengajak dan mengikutsertakan semua anggota tanpa terkecuali sehingga mereka dapat merasakan kenyamanan dan aman dalam melaksanakan hak dan kewajiban. Sifat inklusivitas manusia memang harus didasari oleh kesadaran setiap anggota penanaman sifat yang inklusif merupakan tanggung jawab dari setiap anggota sehingga ketika setiap anggota memiliki tanggung jawab moralitas untuk memiliki sifat yang inklusif maka organisasi akan harmonis serta terbuka dan merangkul semua perbedaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun