Mengapa kaum perempuan masih dianggap sebagai warga kelas dua? Mengapa mereka terpaksa harus memilih antara menjadi ibu yang "baik" mengapa kapasitas melahirkan anak membatasi tentang pilihan yang tersedia bagi kaum perempuan, sementara kapasitas menghasilkan anak tak membatasi kaum lelaki?
Ini problem, kalau masi di pertahankan dan tumbuh subur dalam kelompok, barangkali kita butuh perspektif yang maju, lebih maju lagi membongkar mitos yang dipelihara. Perempuan berhak bicara pada apa yang sebenarnya, melawan kekerdilan berpikir yang mengurai dimensi seksama dari masa lampau sampai sejak dini.
Pikiran yang menganggap bahwa perempuan tercipta dari tulang rusuk kiri laki-laki, seolah segala sesuatu yang bersifat "menjadi" adalah ilmu kelaki-lakian, disposisi yang mengingkari fakta ilmu arkeologi, bahkan temuan yang dibangun oleh H.G Wels atau Morgan dalam antropologi, haruskah kita menolak itu dengan alasan "kurang jelas" apa yang kita maksud.
Perempuan harus bangkit, tidak hanya menjadi warga kelas dua, atau hanya sekedar mengisi apa yang harus di isi.
Ajaran biologi sebagai ilmu sangat penting, bahaya sebagai ideologi. mengapa begitu? Karena kelompok determinan biologi lupa kalau beda bentuk kelamin, bukan berarti tidak bisa berbuat apa-apa. Perlu juga memaknai, kalau satu peradaban yang besar tidak terlepas dari temuan-temuan kaum perempuan, merekalah yang meramu obat-obatan, merekalah yang mengurus komunitas, mengurus persalinan, dan atas dasar itu mereka "kaum perempuan" berhak bicara pada apa yang sebenarnya.
Bahwa perempuan harus berani berkata; kami (perempuan) tidak diciptakan dari tulang rusuk kiri laki-laki, tapi laki-lakilah yang lahir dari rahim perempuan.