Bagi mereka yang menggemari film-film buatan Christopher Nolan, tentu bakal akrab belaka dengan alur ceritanya yang njelimet dan bikin mumet. Sebut saja, Inception dan Interstellar. Mundur lebih jauh lagi: Memento. Namun dibandingkan dengan film-film yang saya sebutkan di atas, Tenet jauh lebih rumit.
Tenet bercerita soal Sang Protagonis yang berusaha mencegah dunia dari kiamat. Premis yang sederhana belaka, sebenarnya. Namun dibuat tak sederhana oleh Nolan.
Kiamat yang dimaksud datang dari generasi di masa depan, melibatkan bom yang konon bisa membalik entropi seluruh alam semesta. Jika bom itu berhasil diledakkan—dalam hal ini oleh Sator (Kenneth Branagh), villain utama di film ini—maka seluruh alam semesta akan mengalami inversi dan semua yang ada akan kembali ke tiada.
Entropi yang terbalik disebut inversi. Objek yang mengalami inversi akan berjalan mundur, melawan waktu yang semestinya maju, dari masa depan ke masa lalu. Peluru yang seharusnya ditembakkan, malah ditangkap. Karbondioksida yang diembuskan, malah dihirup (alasan yang mendasari para tokohnya memakai tabung oksigen untuk bernafas). Api bukannya menghanguskan, malah membekukan; karena perpindahan panas bukannya dari rendah ke tinggi, malah dari tinggi ke rendah.
Saat kali kedua atau ketiga, bahkan kalau perlu untuk kali ketujuh, menonton film ini, jika kau jeli menangkap detail-detail yang memang ditampilkan sekilas lewat saja, perlahan-lahan kau mulai mengerti. Akhirnya kau mungkin bisa meraba-raba alur ceritanya. Jika kau masih gagal juga, mungkin tulisan ini mampu memudahkanmu. Semoga.
Berikut beberapa poin yang perlu diperhatikan dari Tenet:
#1 – Bukan Time Travel, ya?
Tenet memang melibatkan waktu, tetapi Nolan ngotot kalau film ini bukanlah soal “Time Travel” melainkan “Time Inversion”. Meski para tokoh dalam film ini mengalami perjalanan ke masa lalu dan masa depan, dua istilah itu memang berbeda.
“Time Travel” memungkinkan seseorang pergi ke masa lalu dan masa depan sesuai waktu yang dipilihnya. Misalnya, jika ia ingin kembali ke masa sepuluh tahun yang lalu di tempat A, ia hanya perlu memasukkan tanggal dan tempat yang dimaksud di mesin waktu. Avengers: Endgame bisa jadi referensi dalam hal ini, atau bisa juga Doraemon.
“Time Inversion” berbeda. Seseorang tak bisa kembali ke masa lalu atau datang ke masa depan seenak udelnya. Penyebabnya ada pada “inversi”. Seperti yang sudah saya bilang tadi, di film ini objek yang mengalami inversi akan bergerak melawan arah waktu yang semestinya maju. Objek tersebut bakal bergerak dari yang “sudah terjadi” ke “sebelum terjadi”, dari masa depan ke masa lalu.