Mohon tunggu...
Masdar
Masdar Mohon Tunggu... Guru - Matematika dikepala ku... Menulis tujuan ku

Menulis adalah kunci kesuksesan karena Tulisan adalah jembatan Ilmu 😎😍😁

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

SJW (Pejuang Keadilan Sosial) Social Justice Warrior

8 November 2019   07:11 Diperbarui: 8 November 2019   07:17 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selamat datang di dunia ketika kita peduli maka langsung dilabeli: SJW.

SJW merupakan singkatan dari Social Justice Warrior. Istilah tersebut disematkan sebagai pujian bagi para aktivis yang berjuang bagi keadilan untuk pihak yang terpinggirkan, kurang beruntung, hingga mengalami diskriminasi.

Namun, belakangan, pelabelan SJW, apalagi di media sosial, menjadi bernada negatif. Bahwa ketika kita mulai kritis pada satu isu tertentu, misalnya, dengan segala kemampuan yang dimiliki --meski sekadar ide-- sudah terlebih dulu didikriminasi dengan label tersebut."*

https://www.kompasiana.com/kompasiana/5dc3ad36097f36742a5b9582/topik-pilihan-pahlawan-4-0-sjw-dengan-segala-kebenarannya

Menurut pengalaman penulis pribadi memang SJW adalah sosok yg harus dilindungi oleh hukum bahkan jika memungkinkan dibuatkan undang undangnya dan seharusnya SJW diberi penghargaan seperti penilain yg mirip rekor muri agar orang orang yang biasanya iri ketika melihat orang lain sukses merasa terpinggirkan juga dan tidak berani mendeskriminasi sang SJW (Pejuang keadilan sosial).

Dunia ini tentram dan damai salah satunya karena adanya SJW. kalau tidak dari sekarang dirancang UUD SJWnya, maka akan membahayakan generasi masa depan. Betapa tidak, sekarang budaya dan struktur kehidupan dimasyarakat sudah cukup jauh meninggalkan budaya daerahnya masing masing yang mana pada zaman dulu orang orang didesa nilai gotong royongnya sangat kental bahkan jika dihari pernikahan seluruh warga saling bahu membahu mebuatkan tenda, memasak, bahkan sampai beres beres setelah selesai di acara pernikahan, masyarakat selalu saling membantu, nah semua hal itu sekarang sudah terkikis habis, bahkan sudah agak sulit ditemukan.

Belum lagi sekarang saling pamer kekayaan saling membuat rumah rumah yang megah dengan pagar pagar yang tinggi, bahkan dibuat seperti istana padahal hal semacam itu akan membuat jarak sosial masyarakat semakin renggang, betapa tidak renggang, pagar rumah yg tinggi dan tidak disertai alat bantu bunyi seperti Bell yang akan membuat masyarakat agak segan untuk silaturahmi dan itu juga menyebabkan jarak antar sosial semakin jauh juga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun