1. APAKAH GAYA KEPEMIMPINAN ITU ?
Kepemimpinan laissez faire melibatkan kendali bebas. Tidak ada pimpinan dalam pendekatan ini. Menurut pendekatan ini, suatu tugas diberikan kepada kelompok, yang biasanya memutuskan cara-caranya sendiri untuk mencapai tujuan dan kebijakan organisasi.
A. Ciri Gaya Kepemimpinan Laissez Faire
Pemimpin gaya ini mungkin dianggap tidak terlibat atau mengabaikan tanggung jawab mereka. Namun, jika diterapkan dengan benar, gaya ini dapat menghasilkan hasil yang luar biasa. Seorang pemimpin laissez faire harus memiliki salah satu ciri berikut:
- Otonomi dan Kebebasan : Menurut sebuah studi harvard business review karyawan yang memiliki otonomi atas pekerjaannya cenderung lebih inovatif dan kreatif.
- Kepercayaan : Pemimpin laissez faire menggunakan delegasi. Mereka berani mengambil alih dan membiarkan tim mereka mengambil alih, menciptakan budaya kerja yang kuat dan keterlibatan karyawan yang tinggi
- Pengawasan yang minimal : Pemimpin laissez faire menghindari pemeriksaan tim yang sering. Mereka hanya membantu jika diperlukan.
- Komunikasi yang terbuka : Pemimpin laissez faire memerlukan komunikasi yang terbuka dan jujur untuk berhasil.
B. Keuntungan Gaya Kepemimpinan Laissez Faire
Kepemimpinan laissez faire memungkinkan tim Anda untuk turun tangan langsung dan belajar seiring berjalannya waktu, yang membuat mereka lebih bebas, produktif, dan percaya diri untuk tetap memegang kendali atas pekerjaan mereka sendiri. Ada beberapa keuntungan dari kepemimpinan laissez faire, antara lain:
- Mendorong pertumbuhan pribadi
Dalam lingkungan ini, individu diberi kesempatan untuk mengambil kendali atas pekerjaan mereka sendiri, membuat keputusan, dan mengelola tanggung jawab tanpa pengawasan ketat
- Mendorong inovasi
Kebebasan yang diberikan dalam gaya kepemimpinan laissez faire memungkinkan anggota tim untuk berpikir di luar batasan tradisional
- Memungkinkan pengambilan keputusan lebih cepat
Ketika pemimpin menerapkan pendekatan laissez faire, anggota tim diberi kepercayaan untuk mengambil alih tanggung jawab atas tugas dan proyek mereka.
C. Kelemahan Gaya Kepemimpinan Laissez Faire
Kepemimpinan laissez faire bergantung pada kemampuan setiap anggota tim, jadi tidak efektif jika anggota tim tidak memiliki pengetahuan atau pengalaman yang diperlukan untuk membuat keputusan dan menyelesaikan tugas. Hal ini dapat mengurangi hasil pekerjaan.:
- Kurangnya kejelasan peran : Gaya laissez faire dapat menyebabkan peran yang tidak jelas dalam kelompok karena setiap anggota tim mungkin tidak menerima bimbingan yang cukup atau bahkan tidak sama sekali. Akibatnya, mereka mungkin tidak benar-benar yakin tentang apa yang seharusnya mereka lakukan dan di mana mereka berada dalam kelompok.
- Kurang berpartisipasi dalam kelompok : Dalam gaya kepemimpinan laissez faire, pemimpin sering dianggap tidak terlibat dan jauh dari anggota timnya, yang dapat menyebabkan kelompok tidak kompak. Pemimpin juga terkadang membuat anggota tim tidak terlalu peduli dengan proyek karena tampak tidak peduli dengan apa yang terjadi.
- Rendahnya tanggung jawab: Sikap ini digunakan oleh beberapa pemimpin untuk menghindari mengambil tanggung jawab atas kegagalan tim. Mereka dapat menyalahkan anggota tim karena tidak melakukan apa yang harus mereka lakukan atau karena tidak memenuhi harapan jika tujuan tidak tercapai.
- Acuh : Pada tingkat terburuk, kepemimpinan laissez faire menunjukkan sikap yang pasif atau bahkan menghindari kepemimpinan yang sebenarnya. Para pemimpin ini tidak melakukan apa-apa untuk mendorong pengikut mereka, mengakui upaya tim, atau mendorong mereka untuk bergabung dengan kelompok.
- Potensi Kerja yang Buruk : Tidak ada pengawasan teratur dapat membuat karyawan yang berkinerja buruk tidak diketahui, yang dapat mengganggu produktivitas tim secara keseluruhan.
- Kerusakan komunikasi : Pendekatan yang terdesentralisasi berisiko menyebabkan gangguan dalam komunikasi tim, yang dapat menyebabkan kesalahpahaman dan tujuan yang tidak selaras.
- Tantangan krisis : Dalam situasi krisis yang membutuhkan arahan dan pengambilan keputusan yang cepat, seringkali tidak efektif. Kepemimpinan yang tidak aktif dalam situasi seperti itu dapat memperburuk krisis, menunda respons, dan mungkin memperburuk hasil.secara singkat dan jelas menjelaskan hasilnya, dan dilengkapi dengan diskusi yang mengupas hasilnya dengan teori yang mendukungnya.
Gaya kepemimpinan ini memiliki manfaat dan resikonya sendiri. Karena kekuatan yang dimiliki oleh setiap anggota kelompok, kondisi dan situasi tertentu diperlukan untuk penerapan gaya kepemimpinan laissez faire yang efektif.
Ada kalanya gaya kepemimpinan laissez faire dapat dilakukan di sekolah, yaitu pada saat ketika anggota tim terdiri dari profesional yang berpengalaman dan organisasi dalam situasi stabil dan tidak kritis. Seperti pada saat penentuan kepanitian atau jajaran manajemen sekolah sudah melewati fase fit and proper test. Sehingga sudah tidak diragukan lagi mengenai kompetensi orang yang terpilih. Dan tugas dari kepala sekolah menjadi lebih ringan dalam menjalankan program kerjanya. Pada kondisi ini gaya kepemimpinan laissez faire dapat diterapkan. Hal ini akan berbeda Ketika dalam proses pemilihan kepanitian ataupun jajaran manajemen dilakukan dengan cara demokrasi bebas (tidak melalui proses fit and propertest). Maka seorang pemimpin tidak dapat menerapkan gaya kepemimpinan laissez faire karena pemimpin tidak memiliki latar belakang dari orang-orang terpilih, melainkan hanya hasil dari vote pada forum. Karena jika gaya kepemimpinan ini diterapkan, maka pemimpin akan kesulitan dalam menjalankan program-program yang telah disusun dan juga kemungkinan para anggota akan kebingungan karena masih kurangnya arahan dan juga pengalaman. akibatnya bisa menjadi sebuah hambatan dalam perjalanan program kerja pimpinan.
Tanpa arahan yang jelas, tim tersebut dapat kesulitan menjaga fokus, yang berpotensi menimbulkan kebingungan, kesalahan, dan kegagalan dalam memenuhi standar kualitas yang dibutuhkan. Pelaksanaan program kerja dari kepanitian dan top manajemen haruslah dibidangi oleh orang-orang yang konsen dibidangnya atau orang-orang yang kompeten karena dibutuhkan konsistensi dan kualitas dalam pelaksanaan kegiatannya. Hal ini harus dihindari oleh gaya kepemimpinan laissez faire karena setiap kepanitian dan top manajemen adalah momen krisis dan dibutuhkan konsistensi serta kualitas pelaksanaan dari program kerja tersebut.