Pengenalan dan pembuatan lumpia secara sederhana dimulai dari pengenalan bahan-bahan dasar lumpia, yaitu kulit lumpia dan rebung. Selain itu juga dikenalkan orak-arik, wortel, tauge, serta daging ayam. Anak-anak dikenalkan tentang apa saja yang menjadi bahan-bahan dari pembuatan makanan lumpia.
Mereka juga dikenalkan dengan yang namanya kompor, api, minyak goreng, tabung gas, wajan atau penggorengan. Setelah semua alat dan bahan dari pembuatan lumpia sudah tersedia dan dikenalkan, maka langkah selanjutnya adalah cara mengolah dan menggoreng bahan-bahan untuk dijadikan lumpia.
Anak-anak tampak antusias dengan pembelajaran berbasis projek pengenalan dan pembuatan makanan lumpia. Banyak yang mengajukan pertanyaan tentang asal usul dari lumpia. “Bu guru, lumpia itu makanan dari kota mana?” tanya Tsaqif, murid kelompok B. Beda lagi dengan pertanyaan Raffa, murid kelompok A. “Bu guru, apakah lumpia makanan asli kota Semarang ya?”.
Pertanyaan-pertanyaan dari anak-anak membuat guru-guru tambah semangat dalam pelaksanaan projek tersebut. Sehingga persiapan dari awal hingga akhir tidak sia-sia dikarenakan respon dari anak sangatlah baik dengan melihat banyak anak-anak yang mengajukan pertanyaan seputar makanan lumpia dan juga kota Semarang. Jadi bisa dilihat bahwa minat anak terhadap makanan lumpia besar dan terlihat sekali.
Guru-guru juga mendukung pemilihan projek tentang pengenalan dan pembuatan lumpia. Hal ini dikarenakan pembelajaran yang dikembangkan dari minat anak yang terus digali, memungkinkan anak mendapatkan banyak manfaat, yaitu (STE(A)M, Siantajani, 2020): 1. Mengembangkan kekuatan dan kemampuan individu, 2. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah secara kreatif, 3. Memperoleh rasa memiliki dari proses belajar, 4. Memunculkan kebiasaan berpikir tingkat tinggi (HOTS) dan berpikir proses, 5. Meningkatkan daya ingat atas pembelajaran yang dialaminya, 6. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis, 7. Mengurangi masalah-masalah perilaku di kelas.
Selain itu manfaat dari pembelajaran berbasis projek dengan mengutip buku “Buku Panduan Guru: Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila” terbitan dari Penerbit Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, menyatakan bahwa dalam pendidikan, pendekatan projek dimaknai sebagai investigasi mendalam tentang suatu topik yang menarik untuk dipelajari. Investigasi ini biasanya dilakukan oleh kelompok kecil anak dalam suatu kelas, atau bisa juga keseluruhan kelas, dan kadang-kadang juga dilakukan oleh anak secara individual. Kunci utama pendekatan projek adalah suatu penelitian yang dilakukan sebagai upaya untuk menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan terkait suatu topik yang dimunculkan oleh anak, guru, atau guru yang bekerja sama dengan anak (Katz, 1994: 1).
Pembelajaran berbasis projek harus melalui alur atau tahapan-tahapan sehingga dalam pelaksanaannya nanti dapat berjalan lancar, baik dan sesuai dengan skrenario yang telah direncanakan. Tahapan atau alur-alurnya yaitu sebagai berikut: Tahap Permulaan, Tahap Pengembangan, dan Tahap Penyimpulan.
1. Tahap permulaan ialah curah pendapat antara peserta didik dan guru untuk menangkap minat anak, menggali keingintahuan anak, dan mengangkat peristiwa-peristiwa di sekitar anak yang perlu dihadirkan sehingga anak menyadari tentang berbagai hal di dalam diri dan lingkungan. Dalam hal ini dipilihlah tentang projek makanan lumpia, karena banyak anak yang ingin dan berminat dengan makanan tersebut.
2. Tahap pengembangan adalah tahap guru mendampingi peserta didik dalam melakukan serangkaian proses investigasi. Kegiatan ini dilakukan oleh anak untuk menjawab rasa ingin tahunya dan memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi. Guru memberikan dukungan fasilitas dan mendokumentasikan kegiatan dari anak. Kegiatan anak dari awal sampai akhir tentang pengenalan dan pembuatan lumpia didokumentasikan oleh guru sehingga nanti bisa dijadikan laporan dan evaluasi sekolah dan juga untuk ke orang tua.