Mohon tunggu...
M DjoniAbdilah
M DjoniAbdilah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya suka membaca dan olahraga. Senang dengan dunia anak-anak.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

"Lumpia Itu Enak Sekali Ya..."

31 Mei 2023   23:07 Diperbarui: 31 Mei 2023   23:14 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar Lumpia Semarang (SHUTTERSTOCK/daharcodesign)

“Bu guru, ternyata rasa lumpia itu enak sekali ya … Aku mau lagi bu guru,” kata Emir dengan polosnya. Hari itu Emir dan teman-temannya sedang melaksanakan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila melalui pembelajaran berbasis projek (Project Based Learning), yaitu tentang mengenal dan membuat makanan lumpia di sekolahnya. Pembelajaran sekolah yang berbasis projek ini banyak memberi ruang merdeka untuk peserta didik (anak) dan guru.

Lumpia adalah salah satu jenis makanan khas kota Semarang yang telah melegenda. Banyak orang ingin memakannya dikarenakan termasuk jenis makanan yang enak, renyah, dan cocok dimakan di waktu kapan pun. Apalagi di kota Semarang yang terkenal dengan daerah pesisir pantai. Lumpia Semarang dipilih sebagai pembelajaran berbasis projek dikarenakan anak-anak memilih dan berminat dengan makanan khas kota Semarang tersebut dibandingkan dengan makanan yang lain.

Mengutip buku “Hidangan Lezat Semarang” terbitan dari PT Penerbit Erlangga Mahameru, menyebutkan sejarah awal dari makanan lumpia Semarang yaitu pada abad ke-19 tentang adanya kisah cinta dua orang insan manusia yang berbeda asal negara, yaitu Tjoa Thay Yoe, seorang pendatang dari negara China yang singgah ke kota Semarang (Indonesia) dengan gadis asal Semarang, asli Jawa bernama Wasih.

Saat itu Tjoa Thay Yoe berjualan beraneka macam makanan yang berbahan utama babi dan juga rebung di Pasar Johar, Semarang. Ia sering bertemu, bertatap muka secara langsung dengan Wasih. Gadis asli Semarang tersebut merupakan seorang pedagang makanan yang menjual makanan dengan bahan dasar udang dan kentang.

Seringnya bertemu dan berinteraksi membuat Tjoa Thay Yoe dan Wasih tumbuh benih-benih cinta diantara keduanya sehingga mereka berdua memutuskan untuk menikah. Setelah mereka menjadi seorang suami istri, mereka sepakat dan memutuskan untuk menciptakan makanan khusus untuk masyarakat kota Semarang, akan tetapi dengan menghilangkan unsur daging babinya, sehingga bisa dinikmati dan dimakan oleh semua kalangan. Makanan itu mereka beri nama dengan lumpia. Lumpia Semarang merupakan makanan hasil perpaduan dua budaya, yaitu makanan China yang memiliki rasa manis dengan isian orak-arik ciri khas masakan Jawa. Dan ternyata makanan tersebut bisa bertahan dari generasi ke generasi hingga sampai saat ini.

Tjoa Thay Yoe dan Wasih memiliki seorang putri yang diberi nama Tjoa Po Nio. Putrinya tersebutlah yang meneruskan usaha lumpia dengan perkembangan usaha yang sangat pesat sekali dan terbilang sukses, sehingga memunculkan produk nama-nama lumpia yang lain, antara lain: Lumpia Pemuda (Mbak Lien), Lumpia Mataram, dan Lumpia Gang Lombok. Nama-nama lumpia tersebut sudah tidak asing ditelinga pecinta kuliner makanan di kota Semarang, bahkan sampai luar Semarang.

(Dokumentasi Pribadi)
(Dokumentasi Pribadi)

Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dengan pembelajaran berbasis projek yang diadakan oleh TK Islam Sultan Agung 02 Semarang ini bertujuan untuk mengenalkan dan membuat makanan lumpia secara sederhana kepada peserta didik, yaitu anak dengan usia dini kelompok A dan B. Dengan usia 4 tahun sampai 5 tahun untuk kelompok A. Dan untuk kelompok B dengan usia 5 tahun sampai 6 tahun. Mereka termasuk golongan anak-anak dengan kategori Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

Jenis makanan lumpia adalah salah satu makanan warisan dari pendahulu (orang-orang yang hidup di jaman dahulu) dan merupakan identitas atau ciri khas dari suatu daerah, yaitu kota Semarang. Dan itu adalah kekayaan bangsa yang merupakan kekuatan dan menjadi akar budaya bangsa nasional. Ki Hajar Dewantara dalam buku II Kebudayaan (hlm. 90) mengatakan bahwa “Kebudayaan nasional kita adalah segala puncak-puncak dan sari-sari kebudayaan daerah di seluruh kepulauan Indonesia, yang lama maupun yang baru yang berjiwa nasional.” Maka dari itu dipilihlah lumpia sebagai pembelajaran berbasis projek yang merupakan pilihan dan minat dari anak-anak (peserta didik).

(Dokumentasi Pribadi)
(Dokumentasi Pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun