Mohon tunggu...
M MarufMuzaqi
M MarufMuzaqi Mohon Tunggu... Dokter - penulis pemula

tetaplah bernafas

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Metafora

6 Agustus 2021   03:32 Diperbarui: 6 Agustus 2021   03:35 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kau yang bergaun pelangi
Kau yang bersenandung di bibir pantai
Kau yang merapal jejak dewi afrodit
Kau yang mengatur jarum arloji
Dan yang abadi

Keningmu tempat berlabuhnya kenang
Yang menyeruak dan menenggelamkan luka
Sementara di tebing bibirmu yang runcing
Tertanam kobaran api abadi

Kucoba tapaki gurat di pangkal alismu
Tempat resah dan gelisah menutup diri
Kucoba taklukan gunung merapi di dasar dadamu
Dikeheningan paling purba

Ternyata aku luluh lantah
Terhantam tatapanmu yang berkali pasang
Bisik purnama pada bayang ilalang
Dan terkoyaklah aku---serigala

Ternyata mencintaimu itu lelah
Penuh resah dan ketidakberdayaan
Tak semudah menulis puisi ini untukmu
Tak seindah menatap wajahmu di antara bintang-bintang
Di kejauhan paling muram

Namun aku tetap ngengat
Mengejar cahaya matamu tetap menjadi favoritku
Meski nestapa
Meski di akhir cerita kamu tetap sama---sebuah sajak metafora belaka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun