Mohon tunggu...
M. ABDULLAH SYAHRONI
M. ABDULLAH SYAHRONI Mohon Tunggu... Mahasiswa Teknik Infomarika UIN Malang

Hobi belajar hal baru dan suka UANG

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

NLP dan Software Testing - Masa Depan Pengujian yang Lebih Cerdas?

8 April 2025   07:04 Diperbarui: 8 April 2025   07:04 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dreamina.ai

Sebagai mahasiswa RPL, aku sering denger betapa pentingnya software testing buat pastiin aplikasi yang kita bikin nggak cuma jalan, tapi juga bener-bener berguna dan nggak bikin pengguna frustrasi. Tapi, ngomongin testing, kadang aku ngerasa itu kerjaan yang ribet dan makan waktu---apalagi kalo kebutuhannya ditulis pake bahasa manusia biasa, yang sering banget ambigu. Nah, pas aku baca artikel "Natural Language Processing-Based Software Testing: A Systematic Literature Review", aku jadi excited banget. Artikel ini ngasih gambaran gimana Natural Language Processing (NLP) bisa jadi "teman cerdas" buat bikin testing lebih gampang dan efektif. Yuk, kita kulik bareng apa yang aku tangkep dari sini!

NLP: Si Penutur Bahasa di Dunia Coding

Bayangin, kita punya asisten yang bisa "baca" kebutuhan proyek dari dokumen biasa---misalnya, "Aplikasi harus bisa nyanyi Happy Birthday kalo pengguna ulang tahun"---trus otomatis bikin kasus uji buat ngetes fitur itu. Itulah yang coba dilakukan NLP dalam software testing. Artikel ini bilang, dari 24 makalah yang mereka teliti (dari tahun 2013 sampe 2023), dua hal yang paling sering muncul adalah pembuatan kasus uji (10 makalah) sama analisis kebutuhan (6 makalah). Keren, kan? Artinya, NLP bisa bantu kita ngerti apa yang dimau klien dari kalimat-kalimat mereka, trus ubah jadi langkah testing yang jelas.

Mereka juga nemuin teknik NLP yang sering dipake, kayak tokenization (memecah kalimat jadi kata), POS tagging (ngasih label bagian kalimat), sama TF-IDF (ngukur pentingnya kata). Ini teknik dasar, tapi ternyata ampuh banget buat ngolah teks. Aku sih ngerasa ini relatable---pernah coba bikin program sederhana buat nyari kata kunci dari dokumen, dan tokenization emang jadi langkah awal yang bikin hidup lebih gampang.

Timing dan Kejelasan: Kunci Sukses NLP

Salah satu poin menarik dari artikel ini adalah soal kejelasan algoritma NLP. Mereka bagi jadi tiga: "Rich" (detail banget, 33%), "Medium" (cukup jelas, 37%), sama "Poor" (minim info, 29%). Yang bikin aku kagum, 10 dari 24 makalah ini open-source---artinya kita bisa liat kodenya langsung! Buat mahasiswa kayak aku, ini emas banget. Bisa belajar dari kode orang lain, trus coba bikin versi sendiri. Tapi, sayangnya, hampir 30% makalah nggak jelas banget ngasih detail. Jadi, kalo mau nyontek buat tugas akhir, agak susah, hehe.

Terus, soal bahasa, 15 makalah fokus ke bahasa Inggris, 5 ke Mandarin, dan cuma 4 yang multibahasa. Ini nunjukin tantangan besar: NLP masih susah kalo harus kerja lintas bahasa. Bayangin kalo kita bikin aplikasi buat pasar Indonesia---apa NLP bisa ngerti "aplikasi harus jos gandos" tanpa bingung? Ini jadi PR buat kita yang belajar RPL di sini.

Testing yang Lagi Ngetren dan Alatnya

Artikel ini juga cerita soal jenis pengujian yang lagi hits. Functional testing (ngetes fungsi aplikasi, 9 makalah) sama usability testing (ngecek gampang dipake apa nggak, 5 makalah) jadi juara. Aku setuju banget---sebagai pengguna, aku benci kalo aplikasinya ribet, meskipun fungsinya oke. NLP ternyata bisa bantu bikin kasus uji buat cek dua hal ini, misalnya dari deskripsi kayak "pengguna harus bisa login dalam 3 detik."

Buat alat, Python (11 makalah) sama Java (7 makalah) jadi favorit. Aku nggak kaget---Python gampang dipake, library-nya bejibun, kayak BERT (5 makalah) sama Word2Vec (3 makalah), yang bantu ngerti makna kata. JUnit sama Selenium juga muncul, tapi cuma di sedikit makalah. Ini nunjukin fokusnya lebih ke analisis teks daripada langsung ngetes kode. Buat aku, ini inspirasi---mungkin aku bisa coba bikin plugin Python buat ngetes aplikasi kecilku.

Keandalan dan Tantangan: Belum Sempurna

Yang bikin aku mikir keras, cuma 13 dari 24 makalah yang laporin hasil evaluasi---sisanya diem aja. Dari yang lapor, ada yang dapet F-score (gabungan presisi sama recall) sampe 97,48%, tapi ada juga yang cuma 64%. Keren sih, tapi artikel ini bilang industri maunya error 0%, jadi kita masih jauh dari situ. Ini bikin aku sadar---NLP emang cerdas, tapi nggak ajaib. Masih butuh kerja keras buat bikin hasilnya konsisten.

Tantangan lain yang mereka sebutin juga bikin penasaran. Pertama, generalisasi---NLP susah kalo pindah domain, misalnya dari e-commerce ke kesehatan. Kedua, ambiguitas---kalimat manusia sering nggak jelas, kayak "aplikasi harus cepet," cepetnya berapa detik? Ketiga, butuh eksplorasi model sama dataset yang lebih banyak. Buat aku, ini kayak panggilan: kita yang muda harus coba jawab tantangan ini di proyek kita sendiri.

Inspirasi Buat Mahasiswa RPL

Buat temen-temen RPL, artikel ini ngasih banyak ide. Misalnya, kita bisa bikin proyek sederhana pake Python sama BERT buat ubah kebutuhan jadi kasus uji otomatis. Atau, kalo suka tantangan, coba bikin NLP yang ngerti bahasa Indonesia---bayangin betapa kerennya kalo kita bisa bantu developer lokal dengan alat kayak gitu. Domain yang mereka teliti juga macem-macem, kayak hiburan (7 makalah), pendidikan (6 makalah), sama e-commerce (5 makalah). Jadi, kita bisa pilih topik yang kita suka buat dikembangin.

Aku juga suka sama kejujuran mereka soal keterbatasan---kata mereka, fokus cuma di jurnal (bukan konferensi) sama kueri pencarian bisa bikin beberapa penelitian kelewat. Tapi, itu justru bikin aku respect---mereka nggak cuma pamer hasil, tapi ngaku ada kekurangan. Buat kita, ini pelajaran: jangan takut ngaku kalo proyek kita belum sempurna, yang penting kita tau arahnya.

Kesimpulan: Langkah Awal yang Menjanjikan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun