Mohon tunggu...
Mochamad Mahir Haqiqi
Mochamad Mahir Haqiqi Mohon Tunggu... -

NATIONALITY: Indonesian. BORN: December 18, 1986 in Jember, East Java, Indonesia. EDUCATION: "Trisula Perwari" Kinder Garten, Pasuruan-East Java, 1993; "Muhammadiyah I" Elementary School, Pasuruan-East Java, 1999; "Tebuireng" Islamic Junior High School, Jombang-East Java, 2004; "SMA Negeri 2" Jombang-East Java, 2007; Universitas Negeri Surabaya (UNESA), English Education, Surabaya-East Java, 2011. FAMILY: Married Ika Laili Rahmawati, March 11, 2011. One son, Muhammad Fawwaz El Haq, December 26, 2011. One Daughter, Hifdziyya Faza Mahira, January 19, 2016. RECENT CARRIER: an educator for Indonesian Children in Sabah-Malaysia 2013-2017.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidik Anak-anak "Yatim” Indonesia di Sabah, Malaysia

29 Juli 2013   13:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:53 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kami disebut pendidik, resmi di bawah naungan Dirjen P2TK Dikdas Kemdikbud RI, sejak kami diberangkatkan ke Sabah Malaysia pada awal bulan Juni 2013. Berdasar data statistik yang ada, bahwa ada sekitar 53.600 anak-anak Indonesia yang sudah masuk usia sekolah, dan hingga 2012, masih 38.000 anak yang belum dapat terlayani dalam hal pendidikan. Sesuai yang di sampaikan Bapak Konsul Jendral RI Kota Kinabalu-Sabah, Soepeno Sahid.
Menyoal hal tersebut di atas, saya mencoba untuk mensinergikan kondisi kami dengan makna "yatim" yang saya ambil dari ceramah seorang budayawan Emha A. Najib, bahwa yatim adalah terputusnya peluang-peluang untuk mendapatkan hak-haknya.
Bagi saya, untuk memahami hal tersebut bisa dengan cara tamtsiil atau mengumpamakan. Misalnya saya, Mochamad Mahir Haqiqi, yang masih mempunyai orang tua dan kemudian (semoga tidak, na'uudzubillaah) orang tua saya tidak memenuhi hak-hak saya, maka saya adalah yatim. Tapi, saya sekarang memang seorang Yatim (Almarhum Wal Maghfur Lahu, Abah saya wafat 16 Ramadlan 1432/ 16 Agustus 2011, mohon doanya).
So, siapapun anak manusia di muka bumi ini, berapapun usianya, jika dia tidak memiliki ayah, maka dia Yatim, apabila dia tidak punya ibu, maka dia Piatu. Sebagai seorang pendidik, pemahaman tersebut bisa lebih luas, meskipun yatim-piatu itu bisa berarti nasab atau biologis. Boleh seseorang itu punya bapak-ibu, tapi dia tidak memperoleh hak-haknya, maka seseorang tersebut disebut yatim/ piatu. Kalau ada seorang anak harus di lindungi dari narkoba, tetapi orang tuanya tidak memberikan hak tersebut, maka dia yatim/ piatu. Haqiqinya, masih banyak sekali anak-anak di Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia, yang yatim. Thus, around Sabah, Malaysia. Jadi saya ♏äƱ membawa ke konteks sosial, sehingga keyatiman dan kepiatuan itu bisa bermakna worldwide, yakni ke sebuah negara. Tidak memberikan dan memenuhi pendidikan anak-anak adalah salah satu bentuk meyatimkan mereka.
Maka posisi orang tua di sini adalah Pemerintah RI, terkhusus, pihak Kemendikbud RI. Sebagai orang tua, jika akselerasi hak-hak anaknya (Indonesian Children) di Sabah ini tidak tercapai, maka bermakna 'orang tua' tersebut meyatimkan mereka. Namun, Puji Allaah, hal ini terblokir sedikit, dan terbendung sebagian, dengan adanya program pengiriman pendidik bagi mereka, seperti yang saat ini kami jalani. Kenapa masih sedikit terblokir, dan mengapa masih sebagian terbendung, karena hanya sekitar 15.700-an anak yang sudah di berikan hak-hak pendidikannya.
Karena Tuhan pun 'menitipkan' anak-anak kepada para 'orang tua' supaya menjadi jembatan rezeki dariNYA, termasuk rezeki mendapatkan pendidikan.
Gawat, ketika kita selaku 'orang tua' menyengaja untuk meyatimkan 'anak-anak' titipan اللّهُ ... Karena 'orang tua' tidak hanya bermakna (seputar) memberi makan, melainkan lebih luas dari itu.
Gawat, Celakanya celaka --» Q.S. 107:2.
Jadi, sesungguhnya masih buaaaaanyak sekali anak-anak 'yatim' Indonesia, baik di dalam maupun di luar negeri. Tapi, mari kita dukung 'orang tua' (pemerintah RI) untuk tidak meyatimkan 'anak-anaknya' (Rakyat Indonesia). Maju terus pendidikan Indonesia. Terus maju anak-anak Bangsa.
Bilik rumah panggung,
Ladang Cepat-KPD Sdn. Bhd.
Beaufort, Sabah, Malaysia.
06.00 a.m.
Senin, 29 Juli 2013 (21 Ramadlan 1434)
10 hari terakhir bulan puasa, kangen isteri, anak, dan keluarga.

Bang Mahir.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun