Laskar Santri, Bambu Runcing
Di tanah yang suci, bumi pertiwi, Â
Terpahat tekad para Kiai dan santri, Â
Bambu runcing di tangan menggenggam asa, Â
Melawan penjajah, demi merdeka.
Bukan senapan, bukan meriam yang menggema, Â
Namun iman yang teguh kuat, semangat membara, Â
Langkah mereka ringan, hati tak gentar, Â
Laskar pejuang, berjuang hingga akhir.
Kiai memimpin dengan doa dan hikmah, Â
Santri bergerak, membawa berkah, Â
Bambu runcing diacungkan ke langit tinggi, Â
Mengusir penjajah dengan tekad murni.
Mereka adalah pemuda bangsa yang takkan tunduk, Â
Darah dan keringat tumpah di tanah subur, Â
Bukan hanya tubuh yang mereka bawa berperang, Â
Namun cinta pada tanah air, tak terbilang.
Di balik doa yang lirih, tersimpan kuasa, Â
Bambu runcing menembus batas penjajahan, Â
Setiap langkah adalah janji untuk negeri, Â
Indonesia merdeka, harga mati.
Di setiap peperangan, mereka tetap tersenyum, Â
Di setiap luka, semangat kian berkobar, Â
Karena di dada mereka, terpatri cinta, Â
Cinta pada Ibu Pertiwi yang tak pernah pudar.
Wahai laskar Kiai, santri, pejuang sejati, Â
Engkaulah api dalam gelap, cahaya abadi, Â
Bambu runcing yang sederhana namun sakti, Â
Menjadi saksi perjuangan hingga kini.
Merdeka! menggema ke segala penjuru negeri, Â
Langit pun mendengar, bumi pun bergetar, Â
Bambu runcing, santri, dan Kiai, Â
Menyatu dalam sejarah, untuk selamanya harum ibu pertiwi.
Laskar Kiai dan Santri Bambu Runcing
Di bawah langit biru Nusantara, Â
Berkibar semangat yang takkan pudar, Â
Laskar pejuang, para Kiai dan santri, Â
Dengan bambu runcing di tangan, teguh kuat di hati.
Di setiap langkah yang penuh doa, Â
Terdengar gema takbir yang menggema, Â
Mereka bukan sekadar prajurit biasa, Â
Namun penjaga jiwa bangsa yang mulia.
Bambu runcing, senjata sederhana, Â
Namun berisi doa dan keberanian nyata, Â
Menantang peluru dan baja penjajah, Â
Dengan kekuatan iman yang tak pernah goyah.
Para Kiai berdiri di garda depan, Â
Mengajarkan keberanian dalam keimanan, Â
Laskar-laskar Santri disegala penjuru mengikuti Sang Kiai.
Menghunus bambu runcing, tanpa rasa gentar di dada.
Di medan laga mereka berjuang, Â
Bukan hanya melawan fisik penjajah yang garang, Â
Namun melawan ketakutan, melawan keraguan, Â
Untuk Indonesia, tanah air yang mereka dambakan.
Semangat kemerdekaan yang mereka seru, Â
Adalah api yang tak pernah layu, Â
Mereka tahu, meski senjata tak sebanding,
Namun jiwa yang merdeka, tak pernah akan tunduk terasing.
Dengan bambu runcing di tangan kanan, Â
Dan keyakinan di tangan kiri yang menantang zaman, Â
Mereka maju, dengan sorak merdeka yang berkobar, Â
Untuk Indonesia merdeka, untuk masa depan yang gemilang.
Wahai laskar Kiai dan santri yang perkasa, Â
Kalian adalah pilar dari kemerdekaan bangsa, Â
Jejak langkahmu terpatri dalam sejarah, Â
Sebagai bukti bahwa cinta tanah air tak kenal lelah.
Kini merdeka, Indonesia tercinta, Â
Berkat darah dan doa yang kau tumpahkan, Â
Bambu runcing abadi terkenang
Pilar bangsa
Sebagai simbol keberanian yang takkan pernah hilang.
Di tengah fajar yang mulai merekah, Â
Berdiri tegak para Kiai dan santri, Â
Dengan bambu runcing di tangan, Â
Mereka melawan tanpa gentar, Â
Demi tanah air yang tercinta, Â
Indonesia merdeka selamanya.
Dari masjid surau dan pesantren mereka bangkit, Â
Doa terucap di setiap langkah, Â
Dengan semangat juang yang membara, Â
Menghadapi penjajah yang angkuh,
Tanah ini milik kita,
Tak akan kami biarkan diinjak-injak lagi.
Bambu runcing jadi saksi setia, Â
Tiap tikaman, tiap tetes darah yang tumpah, Â
Adalah janji suci pada bumi pertiwi, Â
Bahwa kemerdekaan bukan sekadar mimpi, Â
Melainkan hak yang harus direbut, Â
Dengan jiwa raga, demi harga diri.
Kiai-kiai memimpin di barisan depan, Â
Dengan iman seteguh gunung, Â
Mengajarkan bahwa perjuangan ini mulia,Â
Bahwa tiada yang lebih indah dari kebebasan, Â
Untuk menghirup udara merdeka, Â
Di tanah yang dirawat dengan cinta.
Laskar-laskar santri berbaris di belakangnya, Â
Dengan hati berani dan kepala tegak, Â
Mereka adalah laskar tanpa takut, Â
Yang tak gentar menghadapi peluru dan baja, Â
Karena percaya, bambu runcing lebih tajam Â
Bila dipegang dengan iman yang membaja.
Dengan teriakan "Merdeka!" yang menggema, Â
Langit pun seolah ikut menyaksikan, Â
Bagaimana para pejuang bangsa ini, Â
Tak menyerah pada keangkuhan penjajah, Â
Karena mereka percaya, kemerdekaan adalah hak, Â
Yang harus diperjuangkan hingga akhir hayat.
Dan kini, bendera merah putih berkibar, Â
Menari bebas di angin yang merdeka, Â
Mengenang tiap tetes keringat dan darah, Â
Para Kiai, santri, dan laskar bambu runcing, Â
Yang telah mempersembahkan hidup mereka, Â
Agar kita, generasi setelahnya, dapat hidup dalam kemerdekaan.
Terima kasih, wahai pahlawan bangsa, Â
Perjuanganmu adalah nyala api abadi, Â
Yang takkan pernah padam, Â
Di hati kami, di tanah ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H