Mohon tunggu...
M. Fatah Mustaqim
M. Fatah Mustaqim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Membaca dan menulis apa saja yang terlintas di pikiran

Selanjutnya

Tutup

Book

Tasawuf Cinta Buya Hamka

16 November 2023   19:48 Diperbarui: 16 November 2023   19:50 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Islam meletakkan cinta kepada Allah di atas segalanya. Cinta kepada Allah melampaui cinta kepada siapapun. Cinta kepada keluarga, bangsa, dan tanah air adalah dalam rangka cinta kepada Allah. Dengan mencintai Allah di atas segalanya, berlaku pula cinta kepada seluruh makhluk ciptaanNya di alam semesta. Maka output perbuatan para pecinta Allah ialah rahmatan lil alamin, yaitu menebar kasih sayang dan kedamaian di atas dunia.  

Melalui buku ini, Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah) mencoba menyelami ajaran tasawuf dalam Islam melalui pendekatan Cinta. Menurut Hamka, hakikat ajaran tasawuf dalam Islam ialah cinta. Mengapa cinta? Sebab Islam menamai agama itu Islam, artinya menyerahkan diri kepada yang dipercayai dan dicintai (halaman 74). Melalui cinta pula orang akan mudah menyerahkan apapun yang dimiliki. Bahwasanya tidak akan teguh iman dan Islam seseorang tanpa dilandasi oleh cinta.

Di samping cinta, Islam sangat menekankan pentingnya ilmu pengetahuan. Tidak akan sempurna iman dan cinta seorang muslim tanpa dilandasi ilmu. Kebodohan menyebabkan mutu agama runtuh. Ilmu pengetahuan menyebabkan mutu agama menjadi tinggi. Ilmu adalah sarana untuk menambah kualitas iman dan cinta kepada agama. Kecintaan terhadap agama tanpa dilandasi ilmu mudah terjerumus ke dalam sikap fanatik dan taklid. Menurut Hamka, demikianlah keadaan umat Islam kira-kira 300 tahun lamanya. Oleh karena itu, menurutnya, umat Islam sudah saatnya membekali diri dengan kekuatan akal dan ilmu pengetahuan bukan dengan sikap fanatik dan taklid.

Bukankah Islam menganjurkan kebebasan berpikir dengan nama ijtihad. Islam juga menganjurkan berjuang menegakkan iman dengan nama jihad. Keduanya berjalan beriringan. Bahkan perintah pertama dalam Islam kepada Nabi Muhammad Saw. adalah Iqra,  bacalah. Sebab tidak ada agama bagi orang yang tidak mempergunakan akalnya. Agama itu tidak suka kalau kita menyerah saja, dengan tidak mempergunakan akal. Beriman dalam pengetahuanlah tujuan agama yang sejati. Benih kepercayaan (iman) ada dalam akal. Iman di dalam kebodohan, belum tentu diterima oleh Yang Dipercaya (halaman 73).

Di buku ini, Hamka juga menganjurkan umat Islam belajar dari umat Katholik dalam merintis jalan tegaknya ilmu pengetahuan dan mengatur kerapian organisasi. Siapa yang memungkiri bahwa pada zaman sekarang gereja Katholik tetap menjadi gereja terbesar di dunia? Perkembangan ilmu pengetahuan modern tidak lagi sekaligus mereka tolak, tetapi mereka tilik. Disediakan orang-orang yang akan mempelajarinya lebih mendalam. Penelitian dibiayai dan disokong sedemikin rupa. Didirikanlah sekolah-sekolah tinggi, seminari, akademi dan sebagainya. Mereka mendalami filsafat, bukan untuk menjadi filosof yang keluar dari garis iman, tetapi justru untuk memperkuat keimanan dan kecintaan terhadap agama mereka sendiri. Bukankah dahulu Islam pernah mengalami masa-masa kejayaan dalam keimanan dan ilmu pengetahuan. Maka umat Islam tidak perlu merasa risau untuk mau belajar dari mereka. Bukankah dahulu umat Nasrani juga pernah belajar dari umat Islam sekaligus mengadopsi kemajuan ilmu pengetahuan umat Islam di Andalusia Spanyol.

Secara keseluruhan, renungan-renungan tasawuf almarhum Buya Hamka di buku ini dapat tersampaikan dengan bahasa sederhana, santun dan tidak menggurui. Buya Hamka dengan wawasannya yang sangat luasjuga banyak berkisah tentang teladan perjuangan para ulama pejalan tasawuf atau sufi. Alhasil esai-esai tasawuf yang terangkum di buku ini telah menyegarkan kembali pemahaman kita terhadap ajaran agama islam yang dewasa ini kian terdistorsi dalam jurang kesempitan dan kedangkalan.

Informasi Buku

Judul        : HAMKA Renungan Tasawuf

Penulis   : HAMKA

Penerbit: Republik Penerbit

Cetakan : I, Januari 2017

Tebal      : viii + 156 halaman

ISBN       : 9786020822372

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun