Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa hingga kini gerakan mahasiswa masih belum beranjak dari persoalan mendasar di internalnya sendiri.
Belum Beranjak dari Utopia
Kini retorika dan wacana mengenai gerakan mahasiswa, saya pikir juga belum beranjak dari romantisme masa lalu yang meyakini peran bombastis gerakan mahasiswa sebagai pelopor perubahan tanpa melihat secara lebih seksama mengenai kondisi kapasitas gerakan mahasiswa saat ini.Â
Wacana mengenai gerakan mahasiswa tersebut pada ujungnya akan berakhir sebagai slogan, jargon atau bahkan utopia semata apabila berkaca pada kondisi nyata gerakan mahasiswa saat ini.Â
Bagaimana mungkin berharap agar gerakan mahasiswa mampu berperan mengubah kondisi bangsa ini jika persoalan teknis mendasar dari-diri-mereka-sendiri-saja belum mampu mereka ubah dengan baik.
Belum lagi masalah terpecahnya persatuan diantara mereka, tidak adanya persatuan diantara gerakan mahasiswa telah mengakibatkan polarisasi gerakan mahasiswa serta pudarnya independensi gerakan mahasiswa dari berbagai tarikan (pengaruh) kepentingan politik golongan tertentu. Â
Tidak adanya persatuan gerakan mahasiswa telah mengakibatkan mereka mudah sekali terpengaruh oleh tarikan kepentingan politik dari berbagai pihak di luar.Â
Tidak jarang gerakan mahasiswa saat ini telah larut sekedar sebagai sekadar underbow (alat) dari kepentingan politik golongan tertentu.Â
Sehingga, kini gerakan mahasiswa tidak mampu memainkan perannya sebagai eksponen independen yang punya peluang membikin perubahan sosial baru di masyarakat.
Cita-cita pembaruan peran sosial gerakan mahasiswa hanya akan terwujud apabila gerakan mahasiswa kembali bersatu minimal dalam hal isu perjuangan (keberpihakan) bersama yang mereka rumuskan sendiri.Â
Dengan keterbatasan sumberdaya yang ada, sangat sulit, apabila setiap gerakan mahasiswa bergerak maju tanpa jaringan. Egosentrisme dan sikap saling curiga di antara mereka, seyogyanya tidak lagi ditonjolkan.Â