Mohon tunggu...
M MEGI ZAKARIA
M MEGI ZAKARIA Mohon Tunggu... Administrasi - mahasiswa universitas pamulang

saya suka menulis artikel

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Penyakit Antraks Mewabah di Ginung Kidul, Beberapa Orang Terinfeksi Setelah Makan Daging Sapi

7 Juli 2023   13:36 Diperbarui: 7 Juli 2023   14:16 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Penyakit ANTRAKS mewabah di gunung kidul, beberapa org terinfeksi setelah makan daging sapi

Awal kasus antraks di Gunungkidul
Dewi Irawaty, Direktur Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunungkiduli, mengumumkan bahwa pada 2 Juni ia pertama kali menerima laporan dari dr. RSUP Sardjito tentang seorang pasien laki-laki berusia 73 tahun yang terkena anthrax. Pasien warga Desa Jati di Desa Candirejo, Kapanewon Semanu, Kabupaten Gunungkidul, meninggal dunia pada 4 Juni lalu.

"Ketika ada laporan orang meninggal akibat antraks Sardjito, kami langsung melakukan penyelidikan. Yang bersangkutan adalah seorang laki-laki berusia 73 tahun, jadi dia terlibat dalam pemotongan dan konsumsi daging sapi," katanya kepada wartawan di Kapanewon Wonosari Kabupaten Gunungkidul dilansir detikJateng, Selasa (7 April 2023).

Jumlah kematian dan positif antraks
Untuk memastikan hal tersebut, dinas kesehatan langsung mendatangi lokasi untuk melakukan pemeriksaan. Hasilnya justru kasus warga meninggal karena antraks di Semanu, Gunungkiduli. Selain itu, dinas kesehatan mengumpulkan sampel dari ratusan orang yang terlibat dalam pembantaian yang memakan daging sapi yang terpapar antraks. "Ketika ada yang meninggal, kami lakukan tes, tapi tidak ada gejala. Lalu kami ambil sampel darah dari setiap orang yang terpapar daging yang diduga terkena anthrax. Dari mereka yang kontak dengan daging, kami ambil sampel darah dari 125 orang," ujarnya. .

"Dari 125 orang, 85 positif (anthrax). Tapi 18 orang mengalami gejala, gejalanya maag, bengkak, ada yang mencret, pusing dan sebagainya," lanjut Dewi. Sementara itu, Direktur Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Gunungkiduli, Sidig Hery Sukoco mengatakan, saat ini pihaknya sedang melakukan uji serologi terhadap ratusan warga Semanu. Akibatnya, jumlah orang seropositif meningkat. Kehadiran antibodi terhadap patogen dalam darah bersifat seropositif.


"Kemudian dilakukan tes serum sebanyak 143 orang dan khusus Candirejo 87 orang. Saat ini tidak ada gejala, semuanya dalam pemantauan dan dalam keadaan sehat," katanya, Rabu (7/5/2023), seperti dikutip detikJateng. Warga memakan bangkai ternak yang telah dikuburTerkait penyebab mewabahnya antraks Gunungkidul yang baru diketahui setelah meninggalnya seorang warga berusia 73 tahun yang terpapar virus antraks, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul mengatakan, korban memakan daging sapi yang mati akibat penyakit tersebut. penyakit Mei lalu

"Tiga ekor sapi dimakan masyarakat. Ketiganya sakit dan meninggal dunia," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul Wibawanti Wulandari kepada wartawan di kantor Pemkab Gunungkidul, dilansir detikJateng, Rabu (7/5/2023).

Wibawanti mengatakan, warga menggali kuburan sapi yang mati mendadak. Penduduk setempat dikatakan telah menggali kuburan dan tiba-tiba memakan daging sapi yang mati. Sementara itu, menurut Retno Widyasut, Direktur Kesehatan Hewan DPKH Gunungkidul, pihaknya tidak menemukan bangkai 12 ekor sapi yang terpapar antraks. Retno mengatakan, warga mungkin memakan ternak tersebut.

Diduga awal yang menjadi pemicu tentang Tradisi Brandu
Di sisi lain, Retno menjelaskan bahwa masih ada tradisi Brandu yang melekat pada kehidupan warga Gunungkidul yang diduga menjadi pemicunya. Dalam tradisi ini, sapi yang sakit atau sekarat disembelih dan dagingnya kemudian dijual dengan harga murah.

"Brandu itu tradisi di Gunungkidul dan brandu itu banyak jenisnya. Artinya Brandu tergantung penyebabnya dan kadang keracunan (hewan) hanya berujung kematian," ujarnya.


Menurutnya, brandu merupakan tradisi yang beritikad baik. Meski tujuan Brandu hanya untuk membantu sesama, Retno berkesimpulan jika ternak Brandu mati mendadak karena antraks sama saja dengan merugikan masyarakat. Karena itu hanya menyebarkan antraks.
Terkait hal itu, Gunungkidul Heri Susanto mengimbau masyarakat untuk tidak menyembelih hewan yang sakit atau mati mendadak. Mengingat salah satu penyebab penyebaran penyakit antraks adalah konsumsi daging sapi yang terpapar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun