Sajak samar, merupakan puisi yang saya buat dikala saya yang sedang sendiri, lalu sesekali memandangi layar HP saya yang penuh goresan. Saya melihat banyak berita-berita dalam negeri yang membuat saya heran.
 Sekilas setelah melihat-lihat berita dari sosmed, memori pikiran saya jadi bertraveling tentang seorang pengukir wajah Indonesia saat ini. Dimana mereka banyak mengukir dengan pahatan-pahatan keringat, goresan-goreaan darah, disitu feel untuk mengolah kata itu tumbuh dan jadilah sajak samar.Â
Tentu, sajak samar bukanlah sebuah karya dari saya yang istimewa, masih banyak kata-kata atau sebuah tatanan yang kurang pas. Namun menurut saya, puisi ini dapat memberikan sebuah prespektif yang sangat multimakna atau multitafsir saat membacanya. Saya rasa, saya dapat menerima berbagai sudut pandang apapun tentang bagaimana banyak orang mengartikan, menilai dan mengapresiasi sebuah susunan kata dari bait-bait puisi sajak samar, begitulah karya seni yang selalu bisa di perdebatkan atau di bincangkan.Â
Jadi silahkan membaca, memaknai, ataupun menilai dari sudut pandang manapun.Â
Berikut puisi Sajak Samar:
Sajak Samar
Oleh: M. Tri Wildan
Jika dulu banyak pengagum sastrawan-sastrawan romantik
Kini penempuh strata satu banyak gemar musik klasik
Jejak reparasi melambai raut wajah rantai sosial baru
Gelap tiada penerangan dari candra yang seperti di oles sinar kalbu