Mohon tunggu...
M. Nabiel Hakim
M. Nabiel Hakim Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Politik

Penulis Pemula :)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Masyarakat Madani dalam Penanganan Covid-19 di Indonesia

28 Desember 2021   20:45 Diperbarui: 28 Desember 2021   21:16 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masyarakat Madani (Ilustrasi: DosenSosiologi.com)

Jakarta. Masyarakat madani merupakan istilah bagi masyarakat yang maju, terbuka, inovatif, dan adaptif. Kata "madani" sendiri berasal dari bahasa Arab yaitu madaniy. Kata madaniy berasal dari kata kerja madana yang berarti mendiami, tinggal, atau membangun. 

Sebagai bentuk pembangunan tatanan sosial paling ideal, masyarakat madani memiliki karakteristik tersendiri antara lain terbuka bagi setiap individu untuk berprestasi setinggi-tingginya, yang nantinya akan melahirkan kaum intelektual dan pemikir besar. Kemudian masyarakat madani juga memungkinkan pengembangan manusia atau SDM yang optimal, sehingga dapat terbentuk masyarakat yang saling menghormati, visioner, kreatif, inovatif, dan integratif.

Adapun karakteristik masyarakat madani di bidang politik antara lain pemerintahan yang terbentuk dan berdasarkan kepentingan rakyat, terdapat pemisahan atau pembagian kekuasaan, dan pelaksanaan pemerintahan yang akuntabel. Selain karakteristik tersebut, terdapat unsur-unsur tertentu yang menjadi kunci pembentukan civil society. Unsur yang pertama adalah wilayah publik yang luas sebagai sarana mengemukakan pendapat warga (Free Public Sphere). Kemudian dilengkapi dengan tingkat demokrasi yang matang serta masyarakat yang toleran dalam segala hal, termasuk toleransi beragama, HAM, hak-hak sosial, dan sebagainya. Unsur terakhir adalah terdapat kemajemukan dalam masyarakat serta adanya keadilan sosial bagi seluruh lapisan di dalamnya.

Berkaitan dengan penanganan Covid-19 di Indonesia, masyarakat madani memiliki posisi strategis. Hal ini karena Indonesia merupakan negara demokratis yang pemerintahannya memiliki pembagian kekuasaan serta terbentuk dan dijalankan atas kepentingan rakyat. 

Pada fakta itulah masyarakat madani memposisikan diri, dengan karakteristiknya yang terbuka, toleran, kreatif, dan visioner, menjadikan masyarakat madani sebagai salah satu faktor berpengaruh terhadap berhasil atau tidaknya penanganan Covid-19 di Indonesia. Contohnya dapat kita bedah pada tiap karakteristik mayarakat madani, seperti keterbukaan masyarakat yang menjadi kunci, artinya dalam upaya penanganan Covid-19 masyarakat Indonesia harus terbuka dalam segala hal, baik itu terkait data keluarga pasien, riwayat perjalanan ODP/PDP, terbuka saat pemeriksaan PCR/Rapid Test, inisiatif karantina mandiri bila bergejala, dan sebagainya.

Contoh lain adalah perihal toleransi yang menjadi ciri utama masyarakat madani. Dalam upaya penanganan Covid-19 misalnya, masyarakat Indonesia tidak bisa seketika menjadi individualisme semuanya, gotong royong antar sesama menjadi kunci untuk membangkitkan moral dan mental bangsa ketika dihadapkan dengan ujian besar ini. Termasuk sikap tenggang rasa/toleransi terhadap penderita Covid-19, para tenaga medis, tenaga Satuan Tugas Covid-19, dan pihak-pihak yang turut berjibaku dalam penanganan. 

Toleransi yang dimaksud seperti tidak melakukan persekusi dan diskriminasi terhadap pasien atau orang yang terkonfirmasi positif corona, kemudian membantu tenaga medis baik itu dalam bentuk suplai logistik, APD, masker, obat-obatan, dan sebagainya. Selain itu sebagai perwujudan masyarakat madani, Indonesia melalui warganya harus selalu taat akan ketentuan yang berlaku, mengingat situasi yang berbeda membutuhkan tindakan yang berbeda.

Keterbukaan dan toleransi sesama termasuk dalam kunci keberhasilan penanganan wabah ini, namun dua hal yang tak kalah penting adalah kreatifitas serta pola pikir masyarakat yang visioner. Kreatifitas sangatlah diperlukan dalam situasi sulit seperti saat ini, keterbatasan dalam produksi alat pelindung diri tenaga medis menjadikan warga Indonesia mengeluarkan kreatifitasnya dengan memproduksi sendiri APD melalui home made tanpa harus menunggu pabrikan dan tentunya dengan standar WHO dan Kementerian Kesehatan. 

Selain itu, para anak bangsa juga membuat ventilator dengan standar internasional. Tak berhenti sampai situ, produksi alat PCR juga dilakukan anak bangsa melalui Bio Farma, dikabarkan juga siap untuk produksi massal mandiri dengan jumlah 100.000 PCR.  Produksi alat pendukung protokol Covid-19 juga dilakukan mandiri oleh anak bangsa, seperti produksi masker kain yang mencegah kelangkaan masker medis, produksi topi anti Corona dengan bahan plastik, dan sebagainya.

Kreatifitas yang menjamur ini akan melahirkan pandangan visioner yang menyelamatkan Indonesia. Visioner yang dimaksud seperti menyelamatkan Indonesia dari ketergantungan asing dengan meminimalisir impor alat-alat kesehatan yang membebani APBN, kemudian memperluas branding produk-produk Indonesia ke pasar dunia (termasuk alat kesehatan yang diproduksi sendiri), sehingga bangsa Indonesia menjadi bangsa yang kuat, berdikari, dan bersahaja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun