Berapa harga sebuah nyawa? jika saja harga nyawa itu berasal dari hewan, bicarain soal harganya pasti seharga mobil atau bisa untuk dp perumahan elit. namun, itu hanyalah kenikmatan sesaat, karena ketika hewan-hewan itu sudah tiada lagi di muka bumi. maka, itu semua hanya menjadi bayang bayang dalam imajinasi kita dan terdengar seperti bualan yang kita ceritakan kepada generasi anak cucu kita yang hanya melihat dari secarik gambar di museum ataupun buku sejarah mereka. sama halnya dengan Tapirus indicus (Tapir Asia) yang semakin hari semakin sulit ditemukan karena adanya pembukaan lahan dan perburuan liar untuk memperebutkan hewan belalai pendek ini. Yang kulitnya digunakan untuk pengobatan, dan dagingnya yang bermanfaat untuk meningkatkan fisiologis tubuh manusia. seperti mencegah penyakit osteoporosis, mencegah diabetes, meningkatkan imunitas (di dalam daging tapir terdapat senyawa mineral B3 yang mampu melawan kuman jahat yang ada di dalam tubuh), dan menambah energi.
Kegiatan pembalakan dan konversi lahan hutan menjadi perkebunan dan pemukiman telah menyebabkan berkurangnya luas tutupan hutan di Pulau Sumatera secara dramatis dalam tiga dasawarsa terakhir. Di Provinsi Riau misalnya, luas tutupan hutan yang ada telah mengalami penurunan dari 78% pada tahun 1982, menjadi hanya 33% pada tahun 2005 (WWF 2006). Hal ini telah mengakibatkan banyaknya hutan alam yang menjadi habitat berbagai jenis satwa liar mengalami fragmentasi atau bahkan hilang sama sekali. Oleh karenanya banyak diantara spesies satwa liar yang ada di pulau ini sekarang terdesak ke ambang kepunahan, yang salah satu diantaranya adalah tapir (IUCN 2014). menurut IUCN pada tahun 2014, posisi Tapirus indicus memasuki kategori Endangered (ER). Jumlah populasi tapir yang terus menurun tiap tahunnya dan pada tahun 2014 berjumlah 2499 ekor yang tersebar di daerah bangkok, malaysia, dan sekitar pulau sumatera. banyak sekali manfaat yang kita dapatkan jika mau melindungi tapir, salah satu contohnya adalah hewan ini adalah herbivora yang tidak hanya mengonsumsi tumbuh-tumbuhan, tapi sekalian bisa menyebar biji bekas yang mereka konsumsi ke beberapa tempat, ditambah dengan kotoran tapir yang berfungsi menjadi pupuk.
Dilansir dari Dinas lingkungan hidup dan kehutanan Yogyakarta. hewan ini memiliki perawakan seperti memiliki Panjang tubuh dewasa mencapai 225 cm. Tingginya sekitar 100 cm. Berat tubuh tapir dewasa dapat mencapai hingga 300 kg. Tapir Malaya (Asia Tenggara) adalah spesies tapir yang terbesar.
Ciri khasnya adalah hidung yang memanjang hingga menyerupai belalai pendek. Tapir dewasa berwarna hitam putih. Tapir Malaya (Asia Tenggara) adalah satu-satunya spesies tapir yang berwarna hitam putih. Sedangkan tapir anak-anak bergaris-garis dan berbintik-bintik berwarna terang yang dapat bermanfaat untuk penyamaran. Corak tersebut akan memudar seiring dengan pertumbuhannya. Dari asal-usulnya, Tapirus indicus adalah spesies yang paling dekat dengan nenek moyang tapir kuno, jadi dari semua jenis tapir yang paling mendekati dari hubungan genetikanya dengan nenek moyang tapir adalah Tapirus indicus
Tapir banyak mengandalkan indra penciuman dan pendengarannya, karena itu dia berjalan dengan mendekatkan hidungnya ke tanah. Menurut beberapa pendapat, tapir memiliki indra penglihatan yang lemah. Jumlah jemari kakinya unik. Pada kaki depan jumlah jemarinya empat, sedangkan pada kaki belakang jumlah jemarinya tiga.
Tapir dapat berenang dan menyelam. Tapir juga dapat mengeluarkan suara seperti siulan. Satwa ini adalah makhluk sosial, biasanya mereka hidup secara berkelompok bersama keluarga besarnya yang disebut dengan candle. Aktivitas tapir lebih banyak pada malam hari (nokturnal). ada waktu tertentu di pagi dan malam hari dimaksimalkan untuk beraktivitas. Selama siang hari sekitar jam 11.00-14.00, tapir melakukan aktivitas istirahat, tidur, dan mandi dikarenakan pada jam tersebut suhu sangat tinggi. Kemudian di malam hari, tapir beraktivitas mencari makan dan berhenti beberapa jam untuk beristirahat.
Di lansir dari Suarariau.id 29 oktober 2021, di dapati seekor tapir betina dewasa terkena jerat di kebun sawit riau dan kaki tapir terluka parah dan terjerat di dua jebakan,Hewan tapir tersebut terluka pada kaki kiri bagian belakang yang baru terkena jerat. Tali jerat sudah putus, namun daging di kaki sudah habis dan tinggal tulang. Akhirnya, tapir ditemukan dalam kondisi lemas dan terbaring di kebun sawit masyarakat. Berdasarkan keterangan dari warga, tapir pertama kali ditemukan oleh pekerja sawit sedang terbaring di bawah pokok sawit, kebun masyarakat. dan tim dari BBKSDA ( Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam) Riau pun menyelamatkan tapir yang malang tersebut, ditambah lagi dengan berita yang dilansir oleh antaranews.com pada 1 Desember 2021, Warga kuansing Riau menemukan tapir dengan mata terluka akibat benda tajam, dan tapir ini berhasil di amankan, di beri pakan dan juga di antarkan kepada BBKSDA Riau untuk di rawat, dan bagi pelaku yang memasang jeratan akan di kenakan Pasal 40 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan ekosistemnya.
Kedua kasus ini sama sama terjadi pada daerah riau yang merupakan daerah dimana tapir banyak berada di sana dan juga belum banyak peneliti melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui tracking dari hewan yang di ambang kepunahan ini, dan juga dari peneliti belum ada melakukan penelitian mengenai jalur migrasi dan luas jelajah dari tapir yang ada di sumatera ini terutama di bagian riau yang dari bulan ke bulan pasti terdapat banyak berita mengenai tapir ini, ada yang itu terluka maupun yang terjerat oleh jebakan yang sudah di pasang karena dengan adanya manfaat tapir yang sangat unik yang sudah di terakan menjadi ladang uang bagi masyarakat sekitar sana untuk memburu tapir ini, dan juga kurangnya sosialisasi dari pihak BBKSDA Riau mengenai status dari tapir ini, keberadaannya di alam, bagaimana hidup tapir ini, karakteristik dari wilayah yang didiami dari tapir ini bisa menambah ilmu dari masyarakat sekitar dan juga membuat masyarakat sekitar sadar akan keberadaan tapir yang di ambang kepunahan ini serta menyatakan peraturan untuk pelanggaran dalam memburu tapir ini.
Pentingnya penelitian lanjut mengenai peta jelajah dari tapi di sekitar daerah tersebut dan juga butuhnya banyak penelitan mengenai jalur migrasi, jalur mencari makanan dari tapir serta penelitian yang sangat futuristik untuk mengetahui aktifitas sehari hari dari tapir yang membuat referensi yang sangat kuat bagi peneliti untuk bisa memberikan banyak ilmu serta pengetahuan mengenai kelangakaan dari tapir dan juga mengedukasi BBKSDA serta masyarakat sekitar daerah yang terekam keberadaan tapir dengan melakukan banyak sosialisai dan mengajak masyarakat sekitar untuk sama sama menyelenggarakan praktikik konservasi tapir agar bisa sama sama menjaga sumber daya hewani warisan dari negara ibu pertiwi ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI