Mohon tunggu...
M Hasbi
M Hasbi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Seorang penikmat alam dan berusaha mencintai alam

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Pendaki Gunung: Batas Antara Pecinta Alam dan Perusak Alam

26 Desember 2024   07:25 Diperbarui: 26 Desember 2024   07:25 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Akhir-akhir ini, kegiatan mendaki gunung semakin populer di kalangan anak muda, terutama dengan maraknya video-video pendakian yang menghiasi platform media sosial seperti TikTok. Fenomena ini tidak hanya menarik perhatian orang-orang yang sudah berpengalaman, tetapi juga menggugah minat banyak orang yang sebelumnya tidak pernah terpikir untuk menjelajahi alam. Keindahan pemandangan alam yang menakjubkan, seperti sunrise yang memukau, lautan awan, dan keanekaragaman flora dan fauna, menjadi daya tarik tersendiri bagi para pendaki. Dengan semakin banyaknya konten kreatif yang dibagikan di media sosial, para pengguna merasa terinspirasi untuk merasakan pengalaman mendaki gunung secara langsung.

Tidak jarang, mereka ingin mengabadikan momen-momen indah tersebut dan membagikannya kepada teman-teman atau pengikut mereka. Hal ini menciptakan sebuah tren baru di mana mendaki gunung bukan hanya sekadar aktivitas fisik, tetapi juga menjadi ajang untuk menunjukkan eksistensi dan gaya hidup. Namun, di balik antusiasme ini, muncul tantangan baru. Banyak pendaki pemula yang kurang memahami etika dan tanggung jawab dalam menjaga kelestarian alam.

Perilaku Pendaki yang Merusak

Banyak ditemui perilaku para pendaki yang seharusnya tidak boleh mereka lakukan baik terhadap fasilitas yang telah disediakan maupun pada lingkungan. Contohnya seperti aksi vandalisme yang mencoret-coret batu, meninggalkan sampah di area gunung, buang air besar sembarangan atau di dekat dengan area mata air, tindakan memetik flora endemik seperti bunga edelweis masih seringkali ditemui. Hal ini menunjukkan kurang teredukasinya para pendaki tersebut baik edukasi tentang lingkungan, hal-hal ytang tidak boleh dilakukan, dan kesadaran ekologis para pendaki yang lebih mementingkan kepuasan pribadi dan eksistensi di sosial media daripada menjaga kelestarian lingkungan.

Dampak Lingkungan dari Pendakian Gunung

             Dari perilaku para pendaki yang menyimpang tersebut, muncul berbagai dampak negatif yang signifikan terhadap lingkungan, salah satunya adalah menumpuknya sampah di area pendakian. Banyak pendaki yang tidak bertanggung jawab membuang sampah sembarangan, mulai dari plastik, kemasan makanan, hingga barang-barang lainnya, yang kemudian mengotori jalur pendakian dan merusak keindahan alam. Penumpukan sampah ini tidak hanya menciptakan pemandangan yang tidak sedap dipandang, tetapi juga mengancam keberlangsungan ekosistem lokal.

Selain itu, perilaku ini juga berpotensi mencemari sumber mata air yang ada di sekitar gunung. Sampah organik maupun anorganik dapat mengalir ke dalam tanah dan mencemari aliran air, yang merupakan sumber kehidupan bagi flora dan fauna di sekitarnya. Pencemaran ini dapat menyebabkan penurunan kualitas air, mengganggu keseimbangan ekosistem, dan bahkan membahayakan kesehatan.

Kepentingan Komersil dan Tren Sosial

Sebenarnya, fenomena meningkatnya jumlah pendaki "dadakan" yang menyebabkan berbagai permasalahan di atas berakar dari keinginan untuk tampil di media sosial. Dalam era digital saat ini, banyak orang yang merasa terdorong untuk mendaki gunung bukan hanya untuk menikmati keindahan alam, tetapi juga untuk mendapatkan pengakuan sosial melalui foto-foto atau konten yang mereka unggah di platform-platform seperti Instagram dan TikTok. Keinginan untuk menunjukkan momen-momen menakjubkan, seperti pemandangan matahari terbit dari puncak gunung atau pose dramatis di tengah hutan, telah menjadi motivasi utama bagi banyak pendaki.

Hal ini menciptakan budaya dimana pengalaman mendaki sering kali dipandang sebagai ajang pamer, bukan sekadar kegiatan yang mengedepankan rasa cinta terhadap alam. Akibatnya, banyak pendaki yang kurang memperhatikan etika dan tanggung jawab dalam menjaga kelestarian lingkungan. Mereka lebih fokus pada bagaimana mendapatkan foto yang sempurna atau konten yang menarik perhatian, tanpa mempertimbangkan dampak dari tindakan mereka terhadap alam sekitar.

Fenomena ini juga diperburuk oleh tekanan sosial yang muncul dari interaksi di media sosial. Banyak orang merasa perlu untuk mengikuti tren atau tantangan tertentu agar dianggap "kekinian" atau "cool" di mata teman-teman mereka. Sayangnya, hal ini sering kali mengabaikan aspek penting dari pendakian, yaitu penghargaan terhadap alam dan kesadaran akan tanggung jawab ekologis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun