Mohon tunggu...
Sumar Setiadi
Sumar Setiadi Mohon Tunggu... -

saya lahir di desa tangkil, kec.kemalang, kab.klaten

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

10.000 Berbalas 1.000.000

12 Agustus 2014   22:00 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:43 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

sore itu setelah aku dan istriku berbelanja kebutuhan sehari - hari di sebuah supermarket di jalan malioboro yogyakarta, aku dan istriku memutuskan untuk membeli makanan nasi goreng di dekat kantor telkom yogyakarta, selalu saja ramai dan kami harus mengantri lebih dari satu jam lamanya, tapi kami selalu saja siap menunggu karna memang masakannya sangat luar biasa, setelah penantian yang panjang lebih dari 1 jam itu akahirnya pesanan kami jadi juga, nasi goreng daging sapai pake telor, dengan lahapnya kami makan karena sudah lapar pula makanan yang porsinya lumayan itu kami habiskan kurang dari 30 menit, memang makananya sudah enak di tambah perut kami yang sudah lapar membuat kami kayak orang kesurupan makan nasi goreng itu,hehee, aku melihat jam tanganku menunjukan pukul 20.00, dan ku ajak istriku untuk pulang karena sudah malem, pulang yuk ma udah malem nie takut hujan juga kataku, setelah kami membayar 2 nasi goreng itu kami ke parkiran untuk mengambil sepeda motor kami dan langsung aku stater. Belum jauh roda motor kami berputar saya di kejutkan oleh ibu - ibu yang sedang mengedong anaknya duduk di tepi trotoar sambil memeluk anaknya, istriku turun dari motor dan mendekati ibu - ibu tadi, anaknya kenapa kok menangis buk tanya istriku, dia laper neng kata ibu itu sambil tetap memeluk anaknya kemudian istriku berbisik padaku mas masih ada uang ga katanya lalu kulihat di dompetku masih ada uang 30.000, boleh aku minta tanyanya, ku angukan kepalaku tanda persetujuanku, bu ini kami ada sedikt uang mudah -mudahan cukup untuk sekedar membeli makanan utuk anak ibu, sang ibu menatap istriku dan dia mengucapakan banyak trimakasih, tapi aneh ibu itu tak mau mengabil semua uang yang di berikan oleh istriku, 10.000 saja neng ini sudah lebih dari cukup katanya, ga apa - apa buk kami iklas, tetapi ibu itu tetap menolah dan hanya mengambil uang 10.000 saja, ini sudah cukup neng kata dia, kami tak bisa memaksa karna mungkin ibu itu punya alasan tersendiri yang kami pun tak mengerti. ada hal lain yang bisa kami bantu buk tanya istriku, sudah neng trimakasih banyak kata si ibu itu, karna waktu semakin larut malam akhirnya kamipun pergi menigalkan ibu itu dengan sejuta pertanyaan,kenapa ibu itu tak mau menerima semua uang yang kami berikan.  sesampai di rumah kamipun langsung beristirahat, tak terasa pagipun menyambutkami dengan cerianya, aktifitas kami lalui seperti biasa aku sibuk dengan pekerjaanku dan istriku sibuk dengan pekerjaan rumahnya dan ketika aku mau berangkat ke kantor tiba-tiba HP berbunyi dari nomor baru, asalamualaikum jawabku, maaf ini siapa tanyaku, ini pak yanto mas sumar yang kemarin minta tolong di bantu ngiklanin tanah yang di jalan bantul di toko bagus, oh pak yanto gimana pak, ada yang bisa saya bantu tanyaku, cuma mau kasih kabar gembira tanahnya udah laku mas, trimakasih banyak dan tadi saya titp uang 1jt buat mas sumar, saya transfer lewat BRI mas sumar katanya, kok pake acara kasih komisi segala sih pak yanto saya bantuin itu iklas kataku, ga pa - pa mas sumar, saya sengaja transfer kalau saya kasih langsung pasti mas sumar ga mau nerima, trimakasih banyak katanya,sambil menutup tlp.

catatan:saya bagi kisah ini bukan karna maksud apapun, saya cuma berharap ada hikmah dari kisah ini, bahwa seberapapun rejeki yang kita bagi kepada yang membutuhkan pasti akan di balas oleh allah, mari kita terus saling berbagi, agar hidup kita bisa lebih berarti, salam kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun