Mohon tunggu...
Trimanto B. Ngaderi
Trimanto B. Ngaderi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Penulis, Pendamping Sosial Kementerian Sosial RI, Pegiat Urban Farming, Direktur PT LABA Indoagro Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Werkeloos

16 Desember 2015   15:09 Diperbarui: 16 Desember 2015   15:29 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Oleh: Trimanto B. Ngaderi*)

Aku meninggalkan Desa Klampok setelah setahun lamanya menjadi Mantri Tani menggantikan R. Soerja Adiwidjaja. Aku kembali ke Betawi, ke rumah mertuaku. Sebagai seorang werkeloos[1], hatiku gundah. Para bekas guru baik dari Mosvia Bandung maupun Sekolah Pertanian Bogor mengabarkan bahwa Residen van Batavia belum ada niatan untuk mengangkatku menjadi Bestuursambtenaar.

Setelah sekitar dua bulan lamanya menunggu, aku mendapat surat panggilan dari kantor residen untuk menghadap di kantornya. Sesampainya di kantor residen yang berada di kawasan Kota dan tak jauh dari Javasche Bank itu, aku diterima oleh sekretaris residen, seorang Belanda berusia muda yang berpangkat Controlleur. Sebagai seorang inlanders berpangkat rendah, aku harus duduk di lantai, walau dalam hati aku sangat membenci perlakuan seperti ini, membeda-bedakan antara orang Eropa dan orang pribumi atau orang yang berpangkat tinggi dengan yang berpangkat rendah.

“Apakah kamu menulis surat untuk Direktur Pertanian?” tanya sekretaris residen dalam bahasa Belanda.

“Ya”, jawabku singkat.

“Mengapa kamu tidak bekerja pada Dinas Pertanian?”

Pertanyaan itu cukup menyinggungku. Dengan nada emosi aku menjawab, “Saya tidak minta-minta pekerjaan, tapi saya minta keadilan dari pemerintah dan tidak seperti sekarang yang terjadi!”

“Bagaimana kamu bisa berbicara seperti itu?” tanyanya sembari beranjak dari tempat duduknya dan berjalan mendekatiku.

“Teman sekolah saya yang keluar dari kelas 3 Mosvia sudah beberapa tahun ditempatkan sebagai asisten wedana, sedangkan saya yang keluar dari kelas 5 Mosvia dan keluar dari Sekolah Pertanian dan sudah bekerja sebagai mantri tani selama 1,5 tahun tidak dipekerjakan oleh Departemen Pamong Praja,” jawabku meledak-ledak.

“Siapa orang itu?” tanyanya sembari berdiri membelakangiku.

“Tuan Tirtaatmadja asisten wedana dari Plered anak bupati Cianjur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun