Mohon tunggu...
Trimanto B. Ngaderi
Trimanto B. Ngaderi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Penulis, Pendamping Sosial Kementerian Sosial RI, Pegiat Urban Farming, Direktur PT LABA Indoagro Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Solo Islamic Book Fair dan Perubahan Masyarakat

19 Juni 2014   18:31 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:07 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

SOLO ISLAMIC BOOK FAIR DAN PERUBAHAN MASYARAKAT

Oleh: Trimanto B. Ngaderi*)

Islamic Book Fair (IBF) saat ini sedang berlangsung di Assalam Hypermarket Pabelan mulai tanggal 6 hingga 15 Juni 2014. Event empat kali dalam setahun itu secara rutin telah diadakan sekitar delapan tahun lamanya di tempat yang sama. Kerjasama antara Assalam Hypermarket sebagai icon tempat belanja modern umat Islam di Surakarta dan sekitarnya dengan penyelenggara IBF merupakan sebuah simbiosis mutualisme yang berkesinambungan.

Sudah cukup lama IBF diselenggarakan. Pertanyaannya adalah seberapa besar dampak IBF kepada umat Islam, terkait dengan budaya literasi, minat baca masyarakat, perubahan perilaku, dan pembangunan bangsa pada umumnya.

Budaya Literasi

Dari pengamatan penulis, budaya literasi dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Hal ini bisa dilihat dari makin bertambahnya penerbit Islam, makin beragamnya buku-buku bertemakan keislaman, dan munculya penulis-penulis baru (muda) yang berbakat.

Peningkatan di atasmerupakan respons dari kebutuhan masyarakat akan bacaan yang berkualitas, informasi dan pengetahuan keislaman yang benar, serta semangat dakwah dari kalangan para penulis untuk memperkenalkan Islam secara lebih mudah dan menyenangkan.

Salah satu dampak dari kebebasan pers adalah kemudahan mendirikan penerbit baru. Dalam waktu kurang dari satu dasawarsa, ratusan penerbit berdiri bak cendawan di awal musim hujan. Mereka berlomba-lomba menawarkan kemudahan kepada penulis (terutama penulis baru) untuk menerbitkan buku dan sebagian menjanjikan besaran royalti yang menggiurkan.

Menurut Widodo, Direktur Netral Organizer, pertumbuhan penerbit dibuktikan dengan banyaknya peminat dari penerbit yang ingin mengisi stand IBF hingga melebihi quota yang ada. Bahkan permintaan mengisi stand dari tahun ke tahun terus meningkat.

Tema-tema buku yang diusung pun berupaya memenuhi kebutuhan dan selera pembaca. Tampak ada ghirah positif dari para penerbit untuk memberikan pengetahuan dan nilai-nilai Islam serta ikut berpartisipasi dalam rangka mencerdaskan kehidupan berbangsa dengan memberikan bacaan yang mendidik dan berkualitas.

Kebebesan pers juga membawa dampak negatif walaupun dalam skala kecil dan tidak kentara. Tak jarang sebagian penerbit mengambil langkah pragmatis dan profit oriented dengan menerbitkan buku-buku yang sedang tren atau populer di masyarakat. Padahal content-nya tak jauh dari tema-tema budaya pop, cerita horor atau klenik, pola pikir dangkal, dan bahkan berbau pornografi.

Selain itu, ada pula beberapa penerbit yang tulisannya mengusung ideologi tertentu atau mewakili kepentingan kelompoknya. Beberapa di antaranya mengandung unsur SARA, provokasi, eksklusivisme. Buku yang seharusnya memberi pencerahan, justru malah memicu timbulnya tindakan kekerasan, konflik SARA, dan perpecahan baik internal umat Islam sendiri maupun disharmonisasi dengan pemeluk agama lain.

Minat Baca-Tulis

Salah satu tujuan diadakannya IBF adalah menumbuhkan minat baca masyarakat. Dengan sajian buku yang beragam dan sebagian dengan harga diskon, diharapkan dapat merangsang pengunjung untuk mau membeli buku sebagai kebutuhan yang penting, yang pada akhirnya akan melahirkan budaya membaca sebagai sebuah habitual action.

Salah satu lemahnya budaya baca pada sebagian besar masyarakat Indonesia adalah disebabkan oleh belum menganggap buku sebagai sebuah kebutuhan hidup. Faktor lain adalah masih rendahnya kemampuan daya beli masyarakat. Secara ideologis, sesuai sabda Nabi saw bahwa menuntut ilmu (termasuk membaca buku) adalah kewajiban bagi setiap Muslim masih diabaikan oleh orang Islam sendiri.

Setelah seseorang memiliki budaya baca dalam kehidupannya, tahap selanjutnya adalah mereka diharapkan mau menulis juga, tidak sekedar menjadi konsumen buku tapi sekaligus menjadi produsen buku (penulis). Dalam setiap momen IBF, selalu ada acara talkshow atau workshop kepenulisan oleh organisasi atau komunitas penulis, seperti dari Forum Lingkar Pena (FLP) yang selama ini secara rutin mengisi di IBF Assalam Hypermarket. Demikian halnya acara launching, bedah buku, atau seminar buku selain sebagai upaya memperkenalkan buku baru juga berusaha memotivasi seseorang untuk mau menulis. Para pembicara (penulis) selain menyampaikan isi buku juga mengajak para peserta untuk gemar membaca.

Perubahan Perilaku

Perubahan perilaku sebagai implikasi dari diselenggarakannya IBF bisa dilihat secara langsung maupun tidak langsung. Perubahan langsung dapat diamati seperti meningkatnya jumlah pengunjung (terutama momen jelang puasa seperti sekarang ini), permintaan atau minat terhadap buku tertentu, partisipasi terhadap acara-acara yang digelar panitia, serta aksi memborong buku dapat dijadikan indikasi awal perubahan perilaku positif masyarakat. Hal ini dibenarkan oleh Widodo, Direktur Netral Organizer.

Perubahan tidak langsung adalah sebagaimana diungkapkan sumber anonim, bahwa setelah membaca buku tertentu, ia berniat menjadi atau melakukan seperti dalam tokoh utama buku fiksi. Atau ia bisa menyerap nilai-nilai luhur yang merupakan inti pesan dari sebuah buku tanpa merasa digurui. Sumber lain mengatakan, ia menjadi termotivasi untuk berbuat lebih baik dan mempraktikkan petunjuk sebuah buku. Yang lebih ekstrim lagi, ada yang mendapatkan hidayah, melakukan pertobatan, menemukan jatidiri, serta peningkatan spiritual setelah membaca buku tertentu.

Dari segi dakwah Islam secara umum, penerbit maupun penulis telah menelorkan buku-buku keislaman yang mengajak kepada amar ma’ruf nahi munkar, meningkatkan akhlaqul karimah, dan beramal saleh (kerja nyata). Masyarakat sendiri rajin melakukan kajian, bedah buku, atau training tertentu dalam rangka pemberdayaan umat.

Sementara itu, baik masyarakat maupun pemerintah perlu melakukan kontrol secara kontinyu terhadap buku-buku yang dapat mendorong untuk berbuat kekerasan, kebencian, konflik, pornografi maupun tindak penyesatan. Tindakan-tindakan seperti terorisme, antitradisi, antipemerintah, anarkis, sentimen SARA tak jarang pula terinspirasi dari sebuah buku.

Terakhir, hal yang patut diapresiasi yaitu para penerbit Islam ternyata juga menerbitkan buku-buku bertema dialog antaragama (Islam-Kristen) dan pelestarian nilai-nilai budaya Jawa, seperti buku pidato bahasa Jawa atau novel-novel sejarah dan tokoh Jawa.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa IBF memiliki peran yang tidak kecil dalam dakwah Islamiyah yang universal dan perubahan masyarakat pada umumnya. Budaya literasi, minat baca, dan perubahan perilaku memberikan sumbangan yang signifikan dalam pembangunan manusia Indonesia.

*) Pemerhati Sosial

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun