Â
Menjelang berperayaan hari besar agama tertentu, biasanya muncul isu klasik yang sudah sering kita dengar, di antaranya: pemurtadan, pemaksaan agama, misi, pemberian bantuan bersyarat, dan semacamnya. Pihak agama tertentu menyalahkan agama lain. namun, sebelum menyimpulkan siapa yang salah, cobalah simak petikan cerita berikut.
Ada sebuah keluarga dari agama A yang tinggal di lingkungan komunitas agama A juga. Tapi sayang, keluarga ini hidupnya miskin. Rumahnya masih terbuat dari bambu, berlantai tanah, beranak banyak, dan tidak memiliki penghasilan tetap. Makan sehari-hari masih kekurangan, anak-anaknya tidak bisa sekolah.
Sedangkan para tetangganya rata-rata hidup enak dan berkecukupan, bahkan beberapa di antaranya kaya raya. Mereka berkecukupan dan kaya untuk dirinya sendiri. Terkadang mereka juga membanggakan diri dan pamer. Padahal mereka rajin dan taat beribadah. Mereka hampir tidak peduli dengan tetangganya yang miskin ini. Mereka jarang sekali bersedekah makanan. Mereka tidak ada yang peduli dengan anak keluarga si miskin yang tidak bisa sekolah. Keluarga si miskin juga cenderung diisolasi, diremehkan, dan tidak diakui keberadaannya. Bahkan, mereka merasa terganggu, karena anak si keluarga miskin ada yang meminta-minta, atau sesekali mencuri buah mangga.
Singkat cerita, suatu hari datanglah seorang dari agama lain ingin menunjukkan kepeduliannya, ingin mengekspresikan cinta-kasihnya, ingin berbagi kepada sesama. Ia bersedia mendengar ceritanya, ia bersimpati dengan penderitaannya. Lalu ia memberikan beberapa barang, dan sejumlah uang kepadanya. Pada hari-hari selanjutnya, orang itu bersedia membantu biaya sekolah anaknya.
Keluarga si miskin merasa senang dengan bantuan itu. Ia merasa ada yang memedulikannya. Ia berterima kasih atas bantuan orang itu. Hingga pada suatu hari, ia memutuskan untuk menjadi bagian dari agama yang dianut orang itu.
Â
Pertanyaannya: SIAPAKAH YANG SALAH???
Â
(Semoga bisa menjadi instrospeksi dan renungan kita bersama)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H