Di kota atau di desa, semakin hari orang semakin sibuk. Sibuk dengan urusan pekerjaan, bisnis, keluarga, sosial kemasyarakatan, dan urusan-urusan lainnya. Kesibukan yang cukup menguras energi, waktu,dan emosi kita. Ada yang bekerja hingga malam hari, ada pula yang pergi sampai berhari-hari. Hari yang penuh dengan aktivitas. Hari-hari yang sangat melelahkan, sekaligus membosankan.
Ada banyak sekali acara. Entah dari kantor, rekan bisnis, keluarga besar, atau lingkungan tempat tinggal. Ada lagi undangan seminar, event, rapat, musyawarah, kumpul-kumpul, atau apalah namanya. Semuanya itu, jika kita tidak selektif dan menentukan prioritas, maka akan sangat menguras energi dan waktu kita. Hingga keluarga bisa terabaikan, kepentingan diri sendiri terlupakan.
Masyarakat milenial memiliki kesibukan baru, yaitu melakukan aktivitas media sosial. Kesibukan baru dengan menggunakan teknologi terkini, smartphone. Perkembangan media sosial yang begitu cepat dan masif telah mengubah banyak hal orang di seluruh dunia. Berubahnya gaya hidup,kebiasaan, perilaku, cara berpikir, cara pandang, termasuk cara kerja. Media sosial telah menembus batas-batas ruang dan waktu, menembus pula batas-batas suku bangsa, ras, agama, geografi, latar belakang sosial dan budaya; bahkan batas-batas antarindividu pun nyaris lenyap.
Orang-orang yang bermedia sosial tak lagi mengenal ruang dan waktu. Smartphone selalu ada dalam genggaman, atau setidaknya selalu ada di saku celana kita atau di tas kita. Ia membersamai kita di mana pun dan kapan pun. Ia lebih dari teman, sahabat, atau bahkan pasangan kita. Kita senantiasa memegangnya, membukanya, dan tentu mengoperasikannya.
Di mana-mana: di kantor, di sekolah, di jalan, di atas gunung, di sawah, bahkan di toilet; semua orang sibuk dengan HP-nya masing-masing. Mereka senantiasa menyentuhkan ujung jarinya ke layar. Seakan selalu ada hal yang penting. Terkadang mereka terlihat tersenyum, tertawa sendiri, mengernyitkan dahi, tegang, dan berbagai ekspresi wajah lainnya. Saking asyiknya, tak jarang mereka lupa diri. Lupa waktu, lupa mengerjakan tugas, lupa kalau sudah punya anak-istri, termasuk lupa kalau sedang menyalakan kompor gas.
Kesibukan Baru
Sejak adanya begitu banyak jenis media sosial, setiap orang mulai sibuk membuat postingan, swafoto, mengunggah foto dan video,melakukan like, memberikan komentar, dan berbagai aktivitas medsos lainnya. Semua orang melakukannya, seperti sedang berlomba-lomba. Setiap waktu, setiap saat, sebanyak-banyaknya. Tak peduli itu penting atau tidak, produktif atau tidak, bermanfaat atau tidak, dan berbagai pertimbangan lainnya.
Apa yang orang lain kerjakan, kita ikut-ikutan melakukannya. Apa yang lagi tren saat ini, kita pun mengikutinya. Tema atau wacana yang sedang hangat dibahas di medsos,kita pun ikut membahasnya,kita laksana pakar dalam bidang itu. Orang yang berkomentar di postingan kita, segera kita membalasnya. Bahkan jika ada yang mengajak berdebat pun, kita melayaninya hingga titik darah penghabisan. Selain itu, kita juga sibuk melakukan share, forward, link, capture, dan sejenisnya.
Sudah barang tentu kita tak perlu tahu segala aktivitas orang lain, pun dengan kita. Kita tak perlu memposting segala kegiatan sehari-hari kepada orang lain. apa yang kita makan, apa yang kita pakai, kita sedang di mana, kita sedang melakukan apa. Segala yang sepele, remeh-temeh, kecil, tidak penting, bahkan bersifat privat; sebaiknya tak perlu kita share. Jangankan penting buat orang lain, buat diri sendiri saja belum tentu penting.
Termasuk dalam hal berkomentar: asal bicara, ngawur, memprovokasi, menghina, merendahkan. Komentar yang tidak perlu, tidak relevan, tidak signifikan. Komentar yang bisa memicu konflik dan perpecahan. Pendapat yang tanpa dasar yang kuat, tanpa logika yang bisa diterima, atau tanpa argumentasi yang bisa dipertanggungjawabkan. Mendorong terjadinya debat kusir yang berkepanjangan dan melelahkan. Ingin selalu mencari "pembenaran" bagi diri sendiri dan kelompoknya.
Jika kita tidak mampu mengendalikan diri,memilih dan memilah, serta skala prioritas; maka semua yang kita lakukan itu hanyalah sia-sia belaka. Kita begitu banyak membuang energi dan waktu kita, menyia-nyiakan umur dan kesempatan, serta kontraproduktif tentunya. Kita lebih banyak mendapat mudharat daripada manfaat. Bahkan, terkadang kita mencelakai diri kita sendiri maupun orang lain,seperti terjerat pidana karena hoax, terlibat pornografi/pornoaksi,balita celaka karena kita sibuk bermedsos, kecelakaan di jalan raya, dan masih banyak lagi.
Mengetahui Apa yang PentingÂ
Terlebih dahulu kita kembali kepemahaman awal bahwa fungsi smartphone adalah sebagai alat atau sarana, bukan tujuan;dalam pengertian sebagai sarana untuk membantu dan mempermudah pekerjaan manusia. Selain itu, menjadi sumber pengetahuan dan juga hiburan. Fungsi inilah yang mesti kita pahami dengan baik dan kita jalankan dengan benar. Jangan sampai kegiatan medsos menjadi tujuan hidup kita, atau bahkan kita memperlakukannya seperti "Tuhan".
Dengan demikian,ketika kita melakukan postingan, maka isinya tentu adalah sesuatu yang bermanfaat atau menginspirasi. Jika kita melakukan komentar, maka disampaikan dengan baik dan bersifat produktif-konstruktif. Jika kita mengunggah gambar atau video, tentunya yang bisa menghibur sekaligus memberikan edukasi. Intinya, semua aktivitas kita medsos merupakan hal yang positif.
Selain berbagi hal-hal yang baik, jangan lupa untuk senantiasa belajar, belajar, dan belajar. Kita terus menambah pengetahuan dan wawasan kita, pertemanan dan koneksi, daya kreativitas.banyak sekali ilmu pengetahuan dan keterampilan yang bisa kita dapatkan di dunia medsos khusunya dan internet pada umumnya, selain dari bangku sekolah/kuliah. Selain take, kita juga bisa give, berbagai tulisan atau artikel lewat medos, blog, atau sarana internet lainnya.
Jika menggunakan smartphone  hanya untuk hiburan semata (medsos, game), tanpa kita mendapat tambahan pengetahuan atau ada perubahan pada kita, maka sejatinya kita telah tersesat. Kita menjadi bodoh, tak berguna, dan umur yang sia-sia. Alih-alih melakukan sesuatu yang bermanfaat (kebaikan) untuk orang lain, untuk diri kita sendiri pun, kita tak dapat melakukannya.
Demikian halnya, jika semua hal kita anggap penting (tanpa seleksi dan prioritas), tentu kita tidak akan mendapatkan hasil apa-apa, tidak mencapai tujuan-tujuan kita, serta tidak adanya fokus atau target tertentu dalam kehidupan. Perputaran data dan informasi di medsos yang begitu cepatnya, membuat semua yang kita posting akan cepat pula diganti, usang, hilang, tanpa bekas.
Menggunakan paket data internet juga membutuhkan biaya. Jika terlalu banyak menggunakan video, game online atau live streaming tentu merupakan suatu pemborosan. Padahal uang itu bisa digunakan untuk hal-hal yang lebih penting: membeli buku, mengikuti workhsop, kursus, atau ditabung. Termasuk diinvestasikan untuk sesuatu yang produktif.
PenutupÂ
Apabila kita telah mengetahui apa saja hal penting bagi hidup kita, maka hidup kita akan berubah, menjadi lebih baik, lebih produktif, dan lebih bermanfaat tentunya. Ilmu dan wawasan kita bertambah, keterampilan kita meningkat, dan pemahaman kita terhadap suatu peristiwa atau fenomena akan lebih bijaksana dan harmoni.
Kita semestinya menjadi agen perubahan, penggerak kemajuan, serta penganjur kebaikan. Bukan sekedar ikut-ikutan, meniru, terbawa arus, atau melakukan sesuatu (posting) tanpa pertimbangan yang baik dan matang. Memastikan setiap yang kita share adalah sesuatu yang mengandung kebaikan, inspirasi, dan pencerahan.
Pada intinya, bermedsos tidaklah dilarang, tapi bagaimana kita dapat menggunakannya secara baik dan benar. Medsos tidaklah punya salah, yang salah adalah para penggunanya. (Salam, Trimanto B. Ngaderi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H