“Segala puji bagi Allah yang melebihkanku di atas banyak manusia. Segala puji bagi Allah yang melebihkanku di atas banyak manusia”
Sebaris kata itulah yang terus-menerus diucapkan berulang-ulang hingga ia menghentikannya ketika si musafir mengucapkan salam kepadanya.
“Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh” jawabnya lembut dan dengan ekspresi muka yang berseri-seri, tidak menunjukkan raut ketakutan atau kecurigaan sama sekali.
“Maaf aku mengganggumu Tuan, bolehkah saya beristirahat sejenak di sini?”
“Dengan senang hati Tuan, apalagi aku juga kesepian di sini.”
Si kakek lalu bercerita bahwa ia sebatang kara,tanpa istri dan sanak saudara. Ia dalam keadaan sakit hingga semua orang meninggalkannya. Sementara keluarganya sudah meninggal. Ia tidak memiliki apa-apa selain gubuk sederhana dan usang itu.
Si musafir menyimak ceritanya dengan seksama. Sungguh, betapa malang nasibnya. Hingga timbul rasa iba dan kasihan dalam dirinya. Sejenak ia menengok ke dalam ruangan tenda yang tanpa kasur atau karpet itu. Tidak ada barang-barang di dalamnya, kecuali beberapa helai pakaian dan seperangkat alat masak sekedarnya. Persediaan makanan seperti gandum atau kurma pun sepertinya tak ada.
Tiba-tiba terbersit dalam pikiran si musafir. Mengapa si kakek berulang kali mengucap syukur bahwa ia telah dilebihkan di atas banyak manusia. Padahal, ia tidak memiliki apa-apa dan tidak memiliki siapa-siapa. Ia merasa aneh. Rasa penasaran pun mulai menghantui dirinya.
Memang apa kelebihan yang diberikan Allah atas kakek ini? Atau apa kira-kira keutamaan si kakek ini dibandingkan manusia lain?
Si musafir mendesah panjang. Napasnya mendadak terasa berat. Hatinya begitu tersentuh melihat kenyataan orang yang ada di hadapannya. Angin yang semilir berhembus sedikit membawa kelegaan baginya. Butiran-butiran pasir yang sedari tadi beterbangan, kini mulai sirna. Unta kendaraannya nampak terlelap di bawah rerimbunan semak-semak liar.
“Aku sungguh merasa iba dan prihatin kepada Tuan. Tapi izinkan aku bertanya, mengapa Tuan justru tak henti-hentinya mengucapkan syukur dan merasa telah dilebihkan atas yang lain?” ujar si musafir hati-hati agar tak menyinggung perasaannya.