Manakah Jatidiri Kita
Sebenarnya sudah lama kita dikenal sebagai bangsa yang beretika, memiliki tatakrama, tinggi moralitas. Kita diakui sebagai bangsa yang religius. Seyogyanya kita menunjukkan kepada dunia kehalusan budi, kemuliaan akhlak, keindahan tingkah laku, dan keluhuran sikap. Seharusnya nilai-nilai dari agama dan kepercayaan yang dianut, terpancar dalam sikap dan perilaku keseharian. Budaya-budaya lokal pun tak kalah memiliki nilai yang agung dan mumpuni.
Kita seolah-olah telah kehilangan jatidiri kita sebagai pribadi maupun sebagai warga bangsa. Kita telah menjadi yang bukan diri kita sendiri. Hanya karena perbedaan pendapat atau  perbendaan keyakinan, kita rela bermusuhan atau berkonflik. Hanya karena bernafsu ingin memenangkan calon tertentu, kita rela berbuat curang dan melakukan intimidasi terhadap pihak lain. atau gara-gara kita serakah, mendapatkan yang lebih banyak untuk kepentingan diri dan atau golongan/kelompok, kita tega mengorbankan orang lain atau pihak yang lemah.
Akhir kata, marilah kita renungkan bersama. Sudah saatnya kita kembali kepada jatidiri kita yang asli, sebagai bangsa Indonesia yang berperadaban adiluhung. Sebagai bangsa yang memiliki warisan budaya yang memiliki nilai dan karakter agung. Dan yang terpenting, kebiasaan dan perilaku yang tidak baik kita perbaiki bersama dan menggantikannya dengan hal-hal yang positif.
Jadilah bangsa yang lihai dalam ngegas atau ngerem, yang ahli dalam menentukan kapan mesti berbuat kapan mesti berdiam diri. Hiduplah seperti karet, kapan tegang kapan statis, dan kapan lentur (elastis).
(Bandung, Beji; 10/10/2015)
Oleh: Trimanto B. Ngaderi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H