Mohon tunggu...
Trimanto B. Ngaderi
Trimanto B. Ngaderi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Penulis, Pendamping Sosial Kementerian Sosial RI, Pegiat Urban Farming, Direktur PT LABA Indoagro Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ngegas atau Ngerem: Pelampiasan atau Pengendalian

14 Oktober 2015   09:43 Diperbarui: 14 Oktober 2015   12:47 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Manakah Jatidiri Kita

Sebenarnya sudah lama kita dikenal sebagai bangsa yang beretika, memiliki tatakrama, tinggi moralitas. Kita diakui sebagai bangsa yang religius. Seyogyanya kita menunjukkan kepada dunia kehalusan budi, kemuliaan akhlak, keindahan tingkah laku, dan keluhuran sikap. Seharusnya nilai-nilai dari agama dan kepercayaan yang dianut, terpancar dalam sikap dan perilaku keseharian. Budaya-budaya lokal pun tak kalah memiliki nilai yang agung dan mumpuni.

Kita seolah-olah telah kehilangan jatidiri kita sebagai pribadi maupun sebagai warga bangsa. Kita telah menjadi yang bukan diri kita sendiri. Hanya karena perbedaan pendapat atau   perbendaan keyakinan, kita rela bermusuhan atau berkonflik. Hanya karena bernafsu ingin memenangkan calon tertentu, kita rela berbuat curang dan melakukan intimidasi terhadap pihak lain. atau gara-gara kita serakah, mendapatkan yang lebih banyak untuk kepentingan diri dan atau golongan/kelompok, kita tega mengorbankan orang lain atau pihak yang lemah.

Akhir kata, marilah kita renungkan bersama. Sudah saatnya kita kembali kepada jatidiri kita yang asli, sebagai bangsa Indonesia yang berperadaban adiluhung. Sebagai bangsa yang memiliki warisan budaya yang memiliki nilai dan karakter agung. Dan yang terpenting, kebiasaan dan perilaku yang tidak baik kita perbaiki bersama dan menggantikannya dengan hal-hal yang positif.

Jadilah bangsa yang lihai dalam ngegas atau ngerem, yang ahli dalam menentukan kapan mesti berbuat kapan mesti berdiam diri. Hiduplah seperti karet, kapan tegang kapan statis, dan kapan lentur (elastis).

(Bandung, Beji; 10/10/2015)

Oleh: Trimanto B. Ngaderi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun