Mohon tunggu...
Mutaya Saroh
Mutaya Saroh Mohon Tunggu... -

Sedang belajar bahasa dan sastra indonesia di UNY. Senang membaca dan menulis. Bermimpi kelak akan menjadi penulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Perjalanan

9 Maret 2013   07:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:05 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedengarannya seperti kemarau panjang. Hujan enggan untuk turun berpuisi bersama angin, tanah dan bebatuan. Aku tertidur dalam harap, esok terang akan berhiaskan pelangi. Sebuah kereta menjemputku. menempuh perjalanan ke suatu tempat, bernama impian. Ya, matahari bersdinar terang, tapi kelabu biru masih menemani. Artinya, aku memang masih dalam mimpi. Melakukan perjalanan menuju kota impian. Menuju tanah yang subur, kebahagiaan, pelangi, air terjun penuh bidadari, dan aku bersorak mendapati diriku kan menggenggam matahari impianku.

Cerobong asap kereta tertinggal di belakang. Dia menandakan setiap langkah yang telah tertempuh. Asap itu naik, awan semakin gelap. Kereta ini terus bergerak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun