Membaca tulisan Bapak Soetjipto Wirosardjono pada kolom Asal Usul harian Kompas tempo dulu. Ada perasaan yang menggelitik buat saya mengulang kembali tulisan beliau tentanghumor advokat yang settingnya negara Philifina dan kiranya masih relevan dengan keadaan hukum di Indonesia yang amburadul saat ini. Tentunya kita pernah mendengar nama matan presiden Philifina Manuel Roxas yang beliau sangat perduli pada citra aparat penegak hukum. Karena itu sasaran ledekannya selalu polisi dan advokat, dua profesi yang rawan berhadapan dengan tugas perlindungan hak dan keselamatan warga negaranya. Namun Philifina adalah bangsa yang sudah berperadaban kritik. Orang Philifina sudah biasa dengan ringan mentertawakan diri sendiri.
Suatu hari polisi menangkap seorang wanita cantik . Wanita itu dituduh menyembunyikan pencuri yang buron. Takala ditanya kenapa ia menyembunyikan buronan itu, dengan tenang dijawabnya bahwa pencuri itu adalah suaminya. Polisi penyidik itu pun terheran-heran. Orang cantik begini kok mau diperistri pencuri.
“Neng, tahukan bahwa suami Anda ini seorang pencuri , tatkala Anda memutuskan untuk menikahinya?”. Tanya polisi penyidik dengan penuh simpati pada wanita cantik ini.
“Ya,tahu pak” jawab wanitu itu kalem
“Dan kamu tidak menyesal menikah dengan seorang pencuri?”
“Tidak pak. Saya mencintainya . Saya bahagia menjadi istrinya”
“Apa tidak ada pilihan lain?”
“Ada pak. Bahkan ada dua orang lain yang pernah melamar saya. Tetapi keduanya ternyata bukan jodoh pilihan saya. Sebab pelamar yang lain itu, satu orang polisi dan seorang lainnya malah advokat. Jadi apa boleh buat , suami saya sekarang inilah pilihan terbaik diantara tiga pelamar saya pak “.
“Kenapa memilih pencuri daripada polisi atau bahkan advokat?”.
“Ya, kalau mungkin saya sih memilih orang suci pak. Sayang tidak ada orang suci yang menikah di Philifina . Maka saya terpaksa memilih pencuri, karena niatnya. Tatkala mencuri, niat suami sayaselalu hendak mengambil bagian rezeki yang dikuasai orang berpunya . Ia tidak pernah berniat memeras orang susah pak”.
Kritik Manual Roxas yang ditujukan kepada aparat penegak hukum itu mencerminkan kepekaan dan keprihatianannya selaku politisi .dan jugaadvokat/pengacara . Dia juga mendengar bagaimana rakyatnya memandang citra polisi dan reputasi advokat dinegerinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H