Mohon tunggu...
M.o.l -
M.o.l - Mohon Tunggu... -

hanyalah manusia berjiwa bebas

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Perihal Keislaman Jokowi

1 Juni 2014   20:14 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:51 867
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebagai pemirsa yang mengikuti perkembangan berita jokowi semenjak pilkadal dki 2012, sepengetahuan saya, isu sara yang menimpa jokowi pada masa ini sebetulnya sudah lama terjadi jauh sebelum pilpres 2014 dan menjadi bagian dari pro dan kontra atas sosok jokowi itu sendiri. Tidak seperti isu yang berkembang saat ini, yang mereka klaim sebagai black campaign, isu negatif bernuansa SARA tersebut bermula dari isu jokowi yang tidak sholat karena musafir, dan jokowi yang salah wudhu. Artinya tidak ada yang menyudutkan jokowi  dengan tuduhan tidak bisa or tidak pernah sholat, mungkin isu tersebut (tidak sholat)  adalah hasil kesimpulan sendiri dari isu jokowi salah wudhu maka sholatnya dianggap tidak sah.

Bagaimanapun juga, terlepas dari benar atau tidak isu/opini tersebut, isu tersebut telah menjadi bagian dari perdebatan pro dan kontra dalam masyarakat, sebagai bentuk penilaian publik yang like & dislike terhadap jokowi, dan hal itu adalah sesuatu yang lumrah,  dan merupakan bagian dari demokrasi yang menjunjung tinggi FOS, namun dengan pengecualian bahwa fitnah jokowi kristen dan china adalah fitnah belaka yang tidak dapat dipertanggungjawabkan yang tentunya tidak perlu diperdebatkan lebih panjang lagi

Astaghfirullah, Saat Sidak di Kantor Walkot Jaktim Jokowi Tak Shalat Jumat by kompasiana

Jokowi Salah Wudhu Diingatkan Malahan Ngamuk! By kompasiana

Taruna Muslim: Salah Berwudhu, Bukti Jokowi Jarang Shalat by itoday

Namun entah mengapa dan bagaimana, isu yang bermula dari jokowi tidak sholat jumat dan jokowi salah wudhu, menjadi berkembang dan menggelinding hingga masa pilpres 2014 (pendeklarasian capres-cawapres), hingga membuat kubu jokowi menjadi gerah dan bersuara dengan isu yang menyudutkan keislaman jokowi sebagai bentuk serangan black campaign yang diklaim berasal dari kubu lawannya, yaitu kubu prabowo

Maka dimulailah pembelaan-pembelaan dari kubu jokowi, terutama dari kubu PKB yang memiliki basis masa NU dengan membuat buku yang berjudul “jokowi dan islam”, Lalu pembelaan dari Kyai Hasyim Muzadi yang menepis berbagai tuduhan dengan mengatakan, bahwa jangan hanya membawa nama saja, namun nilai islam yang diutamakan, jangan jualan agama namun tidak membawa keluhuran islam. Lalu di tambah statement JK yang mengatakan jokowi sering menjadi imam sholat magrib dan fasih bacaannya.

Tepis black campaign, PKB siapkan buku bela Jokowi by merdeka

Disebut tak bisa salat, Jokowi dibela Kiai Hasyim Muzadi by merdeka

JK: Pak Jokowi sering jadi imam salat magrib, fasih bacaannya! By merdeka

Namun entah mengapa dan bagaimana (lagi), sepertinya berbagai pembelaan yang dilakukan dianggap tidak cukup untuk meredam isu keislaman jokowi, mungkin hal tersebut dikarenakan kemunculan isu obituari jokowi yang menampilkan nama china jokowi, yang hingga kini menjadi perdebatan panas dan direaksi dengan cukup keras oleh jokowi sendiri sebagai serangan black campaign. Bahkan JK pun ikut bersuara sebagai bentuk reaksi dan kegeraman atas serangan black campaign yang dirasa kurang pantas

Namun, sayangnya, reaksi JK atas black campaign tersebut justru langsung menyerang kubu prabowo, padahal tidak ada bukti yang menunjukan bahwa isu keislaman jokowi datang dari kubu prabowo, terlebih ada isu/dugaan bahwa obituari tersebut justru dibuat oleh sukarelawan kubu jokowi sendiri, sebagai bentuk kampanye playvictim (menyakiti diri sendiri untuk memperoleh simpati) dan bagaimanapun, yang harus diingat adalah isu keislaman sudah eksis jauh sebelum pilpres.

Serangan JK yang langsung dan terang-terangan terhadap kubu prabowo, dengan menantang duel ngaji untuk membuktikan siapa yang paling islam diantara jokowi-prabowo, bagi saya adalah suatu yang konyol. Bagaimanapun, keislaman seseorang tidak bisa diukur dengan mengaji, dan bagaimanapun juga, asalkan seseorang sudah beriman dan bersyahadat, maka orang itu sudah islam, perkara orang tersebut taat atau tidak itu urusan lain. Terlebih lagi pilpres 2014 adalah mencari pemimpin, dan bukan mencari seorang qari. Mungkin saya harus mencatut statement hasyim muzadi, jangalah hanya sekedar islam simbol saja (pinter ngaji), namun nilai-nilai keislaman (amanah, sidiq, tablik, fathonah) yang lebih diutamakan.

JK: Adu "Ngaji" Antar-capres, Dua Surat Saja Selesai by kompas

Kekonyolan statement JK adalah suatu yang menarik dan menjadi perbincangan, namun jauh lebih menarik lagi dengan fakta-fakta dan reaksi jokowi sendiri atas tantangan JK. Faktanya tahun 2012, jokowi mendapat tantangan yang serupa dari foke, dan drespon negatif/ditolak dengan alasan tidak ada aturan yang mengharuskan bisa membaca alquran. Dan sekarang pun masih sama, sambil tertawa tanyakan (serahkan) ke JK. Lalu atas dasar apa JK membuat tantangan kepada prabowo, sedangkan jokowi nya sendiri belum tentu mau untuk berduel ngaji dengan prabowo. Dan lucunya lagi JK menantang prabowo, namun dengan menyuruh maju jokowi, hingga tantangan itu dibalas oleh AR, dengan mengatakan, “biar JK-HR dulu yang duel mengaji, kita lihat siapa yang lebih fasih dan lebih baik bahasa arabnya”

Jokowi: Ada-ada Saja, Masa Pemimpin Harus Bisa Baca Quran by okezone/dakwatuna

Soal adu pengajian sama Prabowo, Jokowi serahkan ke JK by merdeka

Amin Rais Sambut Tantangan JK Tes Mengaji by vivanews

Kembali ke urusan sholat jokowi, sepertinya pembelaan dan pembuktian keislaman jokowi tidak pernah cukup. Hingga muncul pemberitaan yang datang dari Din Syamsudin, yang mengatakan bahwa sholat jokowi bagus, bacaannya panjang-panjang, dan fasih. Namun pada akhirnya berita tersebut diklarifikasi karena Din memanggap statementnya diplintir, Lalu lagi-lagi JK kembali membela, dengan mempublish foto jokowi jadi imam masjid, Kemudian Jokowi sendiri yang angkat bicara dan mengklaim bahwa ia adalah bagian dari islam yang rahmatan lil alamin, Lalu ada Khofifah yang dihadapan ibu-ibu muslimat NU memanggil (memberi gelar?) jokowi sebagai Kyai Haji, dan yang terbaru, Anies Baswedan ikut memuji sholat jokowi dengan mengatakan bacaan iftitah jokowi bagus.

JK Unggah Foto Jokowi Jadi Imam Salat Magrib by tribunnews

Din Syamsuddin: Salat Jokowi Bagus by  tempo

Jokowi: Saya Islam Rahmatan Lil Alamin by tempo

Khofifah Panggil Jokowi "Kiai Haji", Ibu-ibu Muslimat NU Heboh by kompas

Anies: Lawan Kampanye Hitam, Dengar Saja Jokowi Baca Doa by kompas

Sama halnya dengan statement JK, pembelaan keislaman jokowi yang dilakukan oleh kubu jokowi merupakan kekonyolan tersendiri, yang justu semakin menambah keraguan atas keislaman jokowi itu sendiri dimulai dari klarifikasi Din yang merasa diplintir statementnya, Lalu pemberian gelar Kyai Haji yang mengada-ada bin lebay, dan yang terakhir klaim bacaan doa iftitah yang dibaca syir sewaktu sholat. (samahalnya lelucon Din mampu mendengar bacaan sholat yang panjang-panjang dan fasih waktu jamaah sholat dhuhur, semoga berita mengenai AB segera diklarifikasi)

Yang jadi pertanyaanya adalah, seperti apakah sholat/keislaman jokowi? Sehingga kubu jokowi harus memutar berulang kali lagu “jokowi itu islam dan bisa sholat”. Haruskah rakyat dan pembaca ini dicekoki terus, agar lagu tersebut dapat melekat kuat di benak masyarakat. Tidak peduli  bahwa lagu itu “jelek” dan teramat sangat jelas dan kental bahwa lagu itu hanyalah jualan simbol-simbol agama semata.

Entah apakah semua ini dilakukan karena mereka begitu desperate menghadapi isu keislaman jokowi, ataukah semua ini adalah bagian dari strategi culas mereka untuk membrainwash dan memaksakan pemahaman kepada masyarakat bahwa jokowi itu adalah islam yang sebaik dan sebenar-benarnya. Terlebih dengan pidatonya jokowi yang bagi saya cukup lucu dan aneh dalam pemilihan kata-katanya, “saya bagian dari islam yang rahmatan lil alamin” mungkin maksudnya “saya bagian dari muslim yang memeluk agama islam yang rahmatan lil alamin.”

Mungkin pidatonya jokowi yang berulang kali menyebutkan islam rahmatan lil alamin terdengar indah, namun jika dibaca secara keseluruhan, akan terdengar sedikit provokatif dan mengkotak-kotakan, karena seolah-olah mereka yang diluar kubu jokowi adalah islam yang tidak rahmatan lil alamin, dan hanya islamnya jokowi lah yang rahmatan lil alamin. Padahal isu yang beredar adalah keislaman jokowi yang meragukan, yang justru diperkuat oleh blunder dan kekonyolan para pembelanya. Ironis bukan. (terlebih jika mengingat reputasi partai utama pengusung jokowi yaitu pdip yang sering kali menentang penerbitan uu yang berbau islami

Kekuasaan memang memabukan, bisa mengubah watak seseorang berubah 180 derajat, namun amat disayangkan jika mereka yang intelek dan profesional, harus menjual agama dan menjual simbol-simbol agama dengan harga yang murah demi sebuah kekuasaannya. Sebaik apapun mereka menutup-nutupi, bangkai busuk akan tetap tercium baunya, semakin ditutup-tutupi maka artinya semakin busuk pula bangkai tersebut. Seharusnya biarlah masyarakat sendiri yang menilai keislaman jokowi, tidak perlu di poles or di make up habis-habisan, yang semakin menunjukan dengan jelas keislaman jokowi yang meragukan

Jika keislaman jokowi tidak dapat dijual, maka tidak perlu dijual sisi tersebut, masih ada banyak sisi positif yang menonjol yang bisa dijual ke masyarakat, sebagai contoh, SBY pernah diisukan tidak pernah sholat saking sibuknya, namun tidak ada satupun yang mempermasalahkannya, or setidaknya tidak menjadi isu yang besar dan diperdebatkan, karena semua rakyat tahu, bukan sisi keislamanlah yang menonjol dari SBY, melainkan kinerja dan prestasin nya.

Samahalnya dengan jokowi, sisi keislaman prabowo adalah awam/dangkal dan tidak bisa dijual, namun berbeda dengan jokowi, prabowo berani mengakui hal tersebut, “bukan islam yang taat dengan ibadah, namun percaya bahwa apa yang ia terima hingga hari ini adalah karunia tuhan”. Dan justru itulah yang dapat dijual ke publik, kejujuran dan kemauan untuk memperbaiki kekurangan yang dimiliki, dan bukan justru dengan menutupi-nutupi kekurangannya

Prabowo Mulai Kerap Terlihat Salat Berjemaah by tempo

Tulisan ini, tidak sekedar bermaksud mempertanyakan keislaman jokowi, namun mengkritisi siapapun mereka yang ada di kubu jokowi, hanya karena demi menutupi bau bangkai ikan yang sedikit, namun mereka harus rela menjual “diri” dan agama mereka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun