Supaya memperoleh gambaran yang runtut dan menyeluruh, maka anda perlu membaca tulisan saya sebelumnya : Waspada Serangan Intelejen dalam Pilpres 2014 http://politik.kompasiana.com/2014/06/10/waspada-serangan-intelejen-dalam-pilpres-2014-665010.html Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, yaitu kegagalan dalam meredam isu sara yang menerpa jokowi sehingga memaksa mereka menggunakan cara lain, yaitu memunculkan isu kekerasan tirani orba dan isu HAM yang melekat kuat pada prabowo, Dan tidak tanggung-tanggung, Para jendral yang kemungkinan menjadi mastermind rekayasa opini di kubu jokowi ikut terjun langsung. Jika melihat fakta berkumpulnya para jendral yang terlibat dalam proses pemecatan/pemberhentian prabowo di kubu jokowi, adalah bukan hal yang aneh, karena bagaimanapun juga prabowo adalah ancaman utama bagi mereka yang jelas-jelas berpotensi untuk melakukan serangan balik jika prabowo benar-benar berkuasa. Atau saya sebut, isu HAM prabowo adalah usaha terakhir (desperate) mereka dalam menghadang upaya prabowo untuk berkuasa. Sebetulnya isu HAM prabowo adalah isu lama, pro dan kontra beserta konspirasi seputar 98 pun sudah lama beredar di publik. Disisi lain prabowo sendiri tidak pernah antusias dalam menanggapi isu ham yang menerpa dirinya. Seiring berjalan waktu publik mulai menerima isu tersebut dan menganggapnya sebagai black campaign sama halnya isu keislaman yang menerpa jokowi. Jika kita flasback ke belakang, bagaimanapun juga prabowo adalah cawapres megawati pada pilpres 2009, namun seingat saya tidak ada serangan isu negatif yang cukup berarti mengenai kasus HAM yang menerpa prabowo, dan isu yang menyerang prabowo pada saat itu tidak sevulgar sekarang dimana para jendral yang terlibat ikut bersuara. Tentu ini menjadi pertanyaan tersendiri, yang sebetulnya mudah terjawab, karena para jendral tersebut selalu setia di barisan kubu megawati dari dulu hingga sekarang Sesuai perkembangan terkini, isu HAM prabowo berhasil di blow up oleh timses jokowi, tentu semua ini berkat hasil kolaborasi media pro jokowi yang dengan leluasa memonopoli informasi (dari para jendral) dan merekayasa opini. Maka ibarat sebuah lagu lama, isu HAM prabowo saat ini adalah sebuah lagu usang yang diaransemen ulang dengan cukup apik, yang dimainkan dengan dramatis dan penuh penghayatan (oh, jadi lebay begini), Sehingga publik menjadi tersentak kembali oleh isu HAM Prabowo. Terlepas benar atau tidaknya konspirasi para jendral seputar kerusuhan 98, bagaimanapun juga sudah terlihat dengan jelas upaya melekatkan kembali rezim orba ke sosok prabowo (faktanya golkar yang merupakan representasi dari orba berada di kubu prabowo). Terlebih ketika DKP mengeluarkan statement bahwa prabowo disuruh suharto, dan klaim para jendral bahwa penghalusan dari kata pemecatan prabowo karena faktor menantu suharto. Saya justru teringat komentar JK mengenai isu HAM yang mendera bangsa ini, “Negara ini tidak akan maju apabila masih sibuk menengok ke belakang”. Terlebih mengenai kasus 98 belum lama terjadi dimana para pelaku sebenarnya tentunya masih hidup, sehingga besar kemungkinan dapat menimbulkan gejolak atas perlawanan para pelaku tersebut. Bagaimanapun juga, siapapun yang terlibat, setidaknya mereka adalah para jendral atau orang yang berpengaruh yang punya kemampuan dan kekuatan untuk menggoyang negeri ini. Tentu karena pertimbangan inilah bangsa ini tidak pernah mengungkit klaim “tidak KKN sepeserpun” dari suharto, tidak mampu mengkarungkan golkar sebagai representasi orba sesuai harapan AR, termasuk klaim pemberhentian dengan hormat prabowo karena faktor “menantu suharto” (oh, semoga krisis kudeta mesir tidak terjadi di indonesia ini) Mungkin publik bertanya-tanya, mengapa prabowo tidak pernah antusias untuk memberikan klarifikasi ataupun pembelaan, sehingga publik berprasangka dan percaya bahwa prabowo lah pelaku rencana kudeta dan penculikan sesuai informasi dan opini yang telah terbentuk hingga belasan tahun ini. Namun saya meyakini, dengan ilmu yang saya miliki, bahwa konsistensi prabowo untuk tidak mengungkit-ungkit isu ham yang menerpa adalah bentuk keikhlasan prabowo atas segala yang menerpa dirinya, termasuk tuduhan sebagai pelanggar HAM dan perencana kudeta. Kepada Tempo pada Oktober lalu, Prabowo berbicara tentang keyakinannya. "Saya percaya yang saya miliki hari ini pemberian Tuhan," by tempo dalam judul Prabowo Mulai Kerap Terlihat Sholat Berjamaah Isu HAM adalah aib bagi sebuah negara. Sesuatu yang harus ditutup-tutupi, karena jika tidak ditutup-tutupi, maka akan membuat TNI menjadi pesakitan dan negara ini akan menjadi bulan-bulanan negara besar yang mengklaim sebagai pembela HAM. Prabowo yang berasal dari militer setidaknya paham akan hal tersebut. Sehingga sedikit banyak bisa menerima keadaan, termasuk alasannya mengungsi ke Yordania adalah kemungkinan untuk meredam kemarahan rakyat dan suasana tidak kondusif pada tahun 98 tersebut, mengingat prabowo adalah satu-satunya pihak yang dianggap sebagai dalang kerusuhan 98. Bagaimanapun juga dibutuhkan tumbal sebagai penanggung jawab atas kekacauan yang telah terjadi.Sebagai seorang yang nasionalis dan patriotik (setidaknya itulah klaim darinya), mencoba menyelamatkan muka militer dengan menanggung semua tuduhan kejahatan tersebut, agar militer tidak terseret lebih jauh, terlebih klaim dari pangab abri saat itu mengatakan bahwa tni menjadi bagian dan pendukung dari proses reformasi. Kesabaran dan kepasrahan prabowo dalam menjawab tuduhan kasus 98 ditunjukan kembali dalam debat kemarin. Terlepas dari pro dan kontra alasan JK mengungkit kasus tersebut, faktanya isu HAM adalah isu yang amat menarik untuk disimak, terlebih karena tiada kejelasan mengenai duduk perkara sebenarnya seputar kasus ham 98 hingga sekarang ini, bahkan TPF ham 98 pun tidak dapat memberikan jawaban yang dapat diterima oleh masyarakat dan justru saling kontradiktif dalam pelaporannya, (yah, setidaknya, itulah yang saya baca dari media massa) Setidaknya, pesan yang disampaikan prabowo dalam debat adalah, bahwa apa yang dilakukannya itu demi keamanan dan stabilitas negara, dalam rangka mengatasi kekacauan dan krisis, tidak menyalahkan sekalipun kepad pihak lain, melainkan menerima keadaan sebagai konsekuensi dan resiko atas apa yang telah terjadi dan sebagai tertuduh pelanggar HAM, kemudian, memberikan hak kepada atasan sebagai penilai dan pengambil keputusan atas anak buah, dimana pemberhentian prabowo adalah bentuk tanggung jawab prabowo atas kasus HAM 98 Silahkan baca pembelaan prabowo seputar isu ham dalam debat capres yang banyak tersebar di media berita Maka sekali lagi, bangsa indonesia diuji kembali dalam mensikapi isu HAM 98, terlebih dengan berbagai fakta dan pengakuan dari prabowo sendiri, kasus HAM 98 tidak sesederhana yang terlihat. Faktanya adalah negeri ini tidaklah asing dengan konspirasi perebutan kekuasaan, seperti halnya bagaimana suharto mengambil alih kekuasaan dari sukarno. Dan berbeda nasibnya (prabowo) dengan suharto, prabowo bukanlah sang pemenang yang dapat menentukan “cerita sejarah” negeri ini Ada watak dan karakter yang kuat yang saya tangkap dari sosok prabowo, yaitu sikap keihklasan, kesabaran, dan kepasrahan (seperti yang saya sampaikan diatas), serta fakta bahwa prabowo tidak pernah sekalipun menyalahkan pihak lain atas kasus kerusuhan 98, termasuk kepada JK yang dimata prabowo mencoba mengungkit isu HAM 98, dimana prabowo dapat menerima dan memaklumi apapun alasan JK mengungkit kasus HAM dalam debat capres tersebut. Ada kejujuran dan ketulusan dalam setiap kata-katanya yang disampaikan dalam pembelaan nya. Sosok prabowo yang ikhlas, sabar, pasrah dan pemaaf, mengingatkan saya kepada sosok joko Lelono, ksatria pengembara, yang tersia-siakan dan diperlakukan tidak adil, dan tentunya membuat siapapun akan bersimpati jika mengetahui siapa prabowo sebenarnya (silahkan cari rekam jejak dan kehidupan sehari-hari prabowo). Namun, dengan segala yang menimpa joko Lelono, Tuhan maha adil, kelak ia akan menjadi pemimpin negeri ini menggantikan raja noto kusumo, yang amat relevan dan sesuai dengan cara befikir dan keyakinannya prabowo : "Saya percaya yang saya miliki hari ini pemberian Tuhan," Semoga mencerahkan Raja Pemuda Pengembara Penata Nusantara Munculnya raja ketujuh, ditanah jawa ada suatu padepokan disebelah barat gunung Jamur Dipo. Ada guru bernama Begawan Srikilokilo. Begawan Srikilokilo mempunyai anak lelaki bernama Joko Lelono. Begawan Srikilokilo lari dari tanah jawa, hidup terluntah-luntah diluar negeri. Tidak akan kembali ketanah jawa sebelum raja Heru Cokro lengser dari tanah jawa. Setelah lengsernya Heru Cokro, Begawan Srikilokilo kembali ketanah jawa mendirikan padepokan dikaki gunung Jamur Dipo. Mendidik sang putra Joko Lelono sehingga menjadi satria tangguh yang kelak mengabdi kepada Asmoro Kingkin. Hidup Joko Lelono kurang beruntung, selalu menemui halangan, terluntah-luntah dan selalu tersia-siakan, tetapi Tuhan Yang Maha Kuasa yang membimbing perjalanan Joko Lelono yang kelak akan menjadi Raja ditanah jawa menggantikan Raja Noto Kusumo RAMALAN SUKU SUNDA Datanglah raja ketujuh Gerhana pamit pergi menyingkir Bulan menyinarkan cahaya Matahari gembira menari-nari Tahta purba memunculkan wajahnya Sitinggil datang dari langit Satria kaya rendah hati Dada diterangi dengan kasih sayang Panutan segala alam Sakti dengan beningnya hati Merahmati alam bersuka ria Datang santri dari surga Raja yang tidak batal wudu Rakyat mendapat kegembiraan Perut kenyang padat berisi Ciri negara loh jinawi Dulu-duluan sedekah Cepat-cepatan membuat wajit Raja tabu akan kebencian Berkasih sayang sering menangis Merasakan banyak kekurangan Walaupun terbukti membuat sentosa Tidak segan meminta maaf Pasrah sekujur batin RAMALAN JAYABAYA SATRIO PINANDITO SINISIHAN WAHYU. Tokoh pemimpin yang amat sangat Religius sampai-sampai digambarkan bagaikan seorang Resi Begawan (Pinandito) dan akan senantiasa bertindak atas dasar hukum / petunjuk Yang Maha Kuasa. Dengan selalu bersandar hanya kepada Yang Maha Kuasa, bangsa ini akan mencapai zaman keemasan yang sejati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H