Mohon tunggu...
M. Muqouwis AT
M. Muqouwis AT Mohon Tunggu... -

...berbagiLah...& rasaKan Bahagianya...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menakar Calon Wakil Presiden

6 Agustus 2018   00:35 Diperbarui: 6 Agustus 2018   01:18 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pic : sumsel.Tribunnews.com

Sejak dilantiknya Pak Joko Widodo pada tanggal 20 Oktober 2014 hingga hari ini, dua kubu  fans Jokowi Versus  fans Prabowo masih terus saling berbalas pantun. Dan memang benar hanya ada dua hastag yang sepertinya masyarakat sudah mahfum yaitu #Jokowi2Periode serta #2019GantiPresiden. Dua hastag ini yang memang moncer. Jadi klo ada hastag lain bisa dipastikan akan tenggelam. 

Karna menguatnya dua hastag ini membuat Partai tidak ada pilihan lain kecuali berpihak pada salah satu hastag. Diakui jika 2014 Figur Capres menjadi central, untuk 2019 Figur Cawapres menjadi lebih central. 

Bisa dibilang Pak Jokowi (walaupun menunggu Perintah Partai) bisa dibilang mengantungi tiket Capres, begitupun Prabowo sebagai Ketua Partai berpeluang besar menjadi Capres dari Koalisinya. Fifty-fity.

Yang menjadi tidak seimbang kemudian adalah siapa Cawapres masing-masing mereka. Diposisi inilah kebimbangan dalam menentukan pilihan. Mengapa. Salah memilih pasangan berarti memupus ambisi. Jokowi batal 2 periode atau Prabowo gagal lagi. Pada Pilpres kali ini berfokus pada umat Islam adalah sesuatu yang sulit untuk ditawar-tawar lagi. Porsinya adalah bagaimana pemilih umat Islam mau memilih mereka. 

Prabowo yang sudah sejak lama bergandengan dengan PKS nampaknya lebih tenang. Hasil  ijtima ulama telah merekomendasikan Prabowo untuk berpasangan entah dengan Salim Segaf Aljufri atau Ustaz Abdul Somad. Rekomendasi ini tentunya menjadi bahan pertimbangan untuk disodorkan pada Partai Koalisinya. Selesai. Pada Posisi ini Prabowo sudah bisa duduk manis menunggu keputusan siapa Cawapresnya. 

Diposisi Jokowi situasi menjadi cukup berat. 1. Jokowi bukan Pemimpin Partai kesemuanya bergantung pada Partai yang menaunginya. 2. Koalisi Partai di Jokowi (PDI-P) cukup gemuk dan besar. Tercatat Golkar sudah menyodorkan ketuanya yaitu Airlangga dan PKB dengan Muhaiminnya. 

Keduanya memiliki basis massa yang cukup besar. Ada hal yang menjadi pertimbangan adalah Calon yang dipasangkan Jokowi adalah setara Ustad Abdul Somad. Jadi atau tidak jadi Ustad Abdul Somad sebagai Cawapres, arus bawah mendukung UAS dan ini menjadi nilai plus Kubu Prabowo tinggal siapa Cawapres dari Jokowi. Salah memilih ya bisa  selesai

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun