Mohon tunggu...
Muhammad Muizzsuddin
Muhammad Muizzsuddin Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Tinggi lebih dari 177 cm dan menyukai ide-ide yang baru dan segar. Baru saja lulus XII IPA2 dan langsung lupa dengan integral. Twit aktif di @yuddinYuddin

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Cyberspyphobia, Takut Diawasi di Internet

30 Agustus 2014   23:12 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:03 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Istilah cyberspyphobia adalah buatan saya untuk orang-orang yang mempunyai ketakutan yang berlebihan akan pengawasan internet. Mereka mencoba menghindari apapun yang berhubungan dengan pengawasan internet. Dulu saya termasuk orang-orang itu tetapi sekarang saya mulai untuk mengubahnya. Pengalaman saya di cyberspyphobia tentu akan bermanfaat kalau disharing ke teman teman pembaca semua.

Kata "pengawasan" disini dapat diartikan pula sebagai pemantauan, penguntitan, penyadapan, dan pembatasan. Gonjang-gajing dunia maya tentang bagaimana program PRISM milik NSA bekerja tentu membuat beberapa orang gerah. Lalu bocoran Edward Snowden tentang penyadapan di jejaring sosial seperti Facebook, Skype, Google+, dan lainnya membuat orang kalang-kabut. Dan kesadaran orang-orang tentang aktivitas internet yang dimonitor intelijen membuat rasa takut muncul dalam diri. Maka dimulailah cyberspyphobia.

Tidak setiap orang mengidap cyberspyphobia. Orang-orang yang bekerja secara rahasia, bekerja melawan hukum, atau orang-orang yang terlalu disiplin tentang keamanan dirinya adalah orang-orang yang kemungkinan besar mengidap cyberspyphobia. Berbagai cara dilakukan oleh orang-orang ini mulai dari membuat akun tidak nyata, mendownload program perlindungan internet, sangat aktif menjauhi tema-tema dunia untuk diperbincangkan seperti ISIS. Ketakutan mereka semakin parah saat mereka mulai dihinggapi perasaan was-was bahwa akun mereka mulai dimonitor pihak ketiga, komputer mereka disusupi malware intelijen, setiap kunjungan internet, komentar dan like mereka dibuat laporan.

Efek dari hal itu mulai tampak saat mereka menjadi insomnia, menghabiskan waktu untuk perlindungannya di depan komputer, lalu efek dari penggunaan komputer yang berlebihan akan menyerang mereka. Waktu mereka dihabiskan untuk takut pada cyberspy dan tentu seperti penyakit phobia lainnya mereka akan menderita kerugian baik fisik maupun psikis.

Ada beberapa cara yang saya terapkan untuk lepas dari phobia ini. Yaitu dengan tidak melakukan perrbuatan yang melanggar norma hukum, sosial, maupun agama. Melakukan perlindungan atas akun-akun yang dipunyai secara maksimal sesuai yang disarankan penyedia layanan. Dan tentu tidak usah takut berlebihan.

Peribahasa ada asap ada api berlaku untuk kita. Asal kita tidak membuat ulah maka tak akan ada yang mengawasi kita begitu detil, begitu kritis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun