Ketika sedang menikmati sepotong roti dan segelas orange juice tiba-tiba terlintas dalam pikiranku kenapa kita disuruh puasa ya? Waktu kecil aku sempat bertanya tetang hal ini kepada bapakku, beliau menjawab "Agar kamu bisa merasakan laparnya orang miskin". "Emang laparnya orang miskin beda dengan lapar kita" sahutku. Sambil membaca majalah Aula beliau menjawab "ya beda...kita lapar karena puasa kalau mereka lapar karena tidak ada yang dimakan, mereka puasa setiap hari .....sedangkan kita puasa hanya saat bulan Ramadhan saja". Aku terus menyahut .."mereka yang miskin kenapa kita yang disuruh puasa". Bapakku menutup majalah kecil itu, beliau menatapku dengan tajam. Tiba-tiba tangannya meraih bahuku dan berkata "Anakku kekayaan yang kita miliki bukanlah milik kita, kemiskinan yang mereka alami juga bukan karena kehendak mereka. Allah mengatur dan menetapkan takdir-Nya atas segala sesuatu yang Dia ciptakan. Allah juga yang menakdirkan manusia mau menerima amanah-Nya yang sangat berat, dimana gunung pun akan hancur lebur tak sanggup menerima amanah itu. Karena itulah kamu harus belajar menerima takdirmu. Kecerdasanmu, keberaniamu, dan kekayaanmu hanyalah bagian dari amanah itu dan itu bukan hakmu. Kita sesungguhnya tak punya apa-apa, kita ini lemah dan bodoh.
Allah berjanji bahwa Dia akan menjadi aulia (pembela) bagi orang-orang yang merasa fakir dan mau berbagi ilmu, harta, dan keadilan dengan manusia dan mahluq Allah lainnya. Aku memotongnya dan bertanya "Bagaimana aku bisa berbagi yang itu pun bukan milik dan hak ku untuk membagikannya?". Ayahku tersenyum dan berujar "Inilah takdir kita anakku, Allah menjadikan kita sebagai khalifahnya di bumi ini agar kita mengatur amanah-Nya dengan adil. Kamu akan paham tentang ini jika kamu bisa memanusiakan dirimu dan orang lain. Jika kelak engkau ditakdirkan mendapat amanah sedikit ilmu, bagikan pada orang lain. Jangan sampai ada orang2 di sekitarmu yang tak memiliki pengetahuan yang kau miliki, karena kelak engkau akan ditanya dan dimintai pertanggungjawaban tentang amanah ilmu itu. Jika kelak kamu ditakdirkan mendapatkan amanah harta, maka bagikan harta itu pada orang-orang miskin yang kau temui. Sebab jika sampai orang-orang miskin itu mati karena kamu lalai akan amanah itu, sungguh kamu tidak akan pernah mencium bau sorga. Anakku, Allah telah mengajarkan pada kita bahwa menyebabkan kematian kepada seorang manusia gara-gara kita gagal menjalankan amanah-Nya, itu sama dengan membunuh seluruh manusia di bumi ini.
Aku semakin bingung melihat bapakku tak berhenti bercerita tentang betapa mulianya manusia itu di mata Allah. Sampai pada suatu titik dia sadar kalau anaknya mulai diam dan tak bertanya lagi.Dia menatapku tajam, wajahnya yang tenang menyungging senyum dan melanjutkan kata-katanya "Aku tahu kamu sekarang tidak akan mengerti apa yang kukatakan, tetapi suatu saat nanti kau akan belajar dan kembali megingat apa yang bapak katakan". Sejenak aku terdiam karena hanya tertarik pada ungkapannya bahwa gunung akan lebur jika menerima amanah Allah yang akhirnya diberikan kepada manusia. Maka aku segera nyeletuk "Manusia itu kecil dan lemah, sedangkan gunung itu sangat besar dan kuat, bagaimana mungkin manusia tidak hancur menerima amanah Allah itu?". "Ketahuilah anakku para nabi, rasul dan para kekasih Allah itu bukan hanya seorang utusan yang membawa pesan Allah untuk kita. Tetapi diri mereka adalah bagian dari pesan itu.
Kamu masih ingat bagaimana kisah para nabi dan kekasih Allah itu ada yang dibunuh, disiksa, difitnah dan dihina oleh ummatnya sendiri? Padahal mereka hadir untuk menyelamatkan ummat itu. Ingatlah anakku peristiwa seperti ini akan terus terjadi berulang-ulang dalam sejarah manusia. Manusia lebih suka memilih menyembah Namrud daripada mengikuti ajaran Ibrahim, kerena itulah Ibrahim dibakar. Manusia lebih suka mempercayai dan menyembah Fir'aun dari pada meyakini pesan Musa tentang kebenaran Allah. Karena itulah Musa dan pengikutnya diburu untuk dibunuh. Pahamilah kisah nabi Isa dan nabi kita Muhammad alaihissalam, keduanya difitnah dengan sangat keji oleh ummatnya sendiri, namun keduanya tetap sayang kepada ummatnya. Begitu kuat dan sempurnanya manusia-manusia itu sampai setan yang begitu patuh kepada Allah selama ribuan tahun cemburu dan menolak perintah-Nya untuk bersujud kepada manusia sebagai pesan Tuhan.
Anakku malaikat itu diciptakan dari cahaya, sementara syetan dan jin dari api, ketiganya saja tidak sanggup menerima tantangan Allah akan amanah-Nya, apalagi gunung yang hanya tampaknya saja yang besar dan kuat, tetapi hakekatnya kecil dan lemah. Hanya manusia yang mau dan sanggup menerima tantangan itu. Karena itulah kita pun tidak boleh merasa besar dan kuat anakku, karena hal itu justru menunjukkan bahwa kita lemah dan gampang diatur oleh nafsu syetan. Kakekmu dulu selalu berpesan pada bapakmu ini, "Jadilah manusia yang suka mengalah. Karena hanya mereka yang mau mengalahkan nafsunya yang pantas menjadi kekasih-Nya". Mereka yang dikuasi oleh ambisi maka akan berakhir seperti kisah Raja Namrud dan Fir'aun. Anakku, manusia itu begitu dimulyakan oleh Allah, karena itu janganlah kamu sekali-kali menistakan kemulyaan manusia dengan ilmumu, pikiranmu, tanganmu, mulutmu, bahkan dengan perasaan hatimu sekalipun jangan. Sejelek apapun manusia itu pahamilah dia sebagai pesan Allah. Karena jika sekali saja kamu menistakan kemanusiaan, maka tak ada kepantasan bagimu menerimah amanah-Nya sebagai khalifah di bumi Allah ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H