Mohon tunggu...
M. Iful Saifuddin
M. Iful Saifuddin Mohon Tunggu... -

Pemerhati sosial

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Anjing dan Kucing: Sebuah Refleksi Dalam Perspektif Interaksi Sosial

22 April 2014   04:41 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:22 962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anjing dan Kucing; Sebuah refleksi

dalam perspektif interaksi sosial

oleh. Muhammad Iful Saifuddin

Anjing dan Kucing merupakan hewan/binatang piaraan yang sangat dekat dengan tuannya dan berada dalam lingkungan rumah sang pemilik, hanya yang membedakan biasanya anjing di tempatkan diluar rumah sebagai “penjaga” dan kucing berada di dalam rumah sebagai “teman bermain". Yang menarik adalah melihat dari sisi sifat diantara kedua makluk Tuhan yang bernama anjing dan kucing. Secara umum dalam masyarakat kita, (maaf) kata Anjing biasa di konotasikan sebagai kata untuk memaki, menghina dan sebagainya kepada seseorang yang telah menggangu kenyamanan atau membuat seseorang tersebut jengkel dan emosi, terlepas dari apa latar belakang masalahnya, misalnya maaf, “dasar koruptor anjing” dan seterusnya. Deskripsi tersebut telah menepatkan manusia yang di konotasikan sebagai anjing menjadi sangat rendah derajatnya dikarenakan menjadi konotasi dari sesuatu yang sifatnya kurang baik dalam perspektif etika. Beda halnya dengan hewan/binatang yang bernama kucing, kucing dideskripsikan sebagai hewan/binatang yang lucu, penurut, pemalu dan sangat manja ketika bersama tuannya, sehingga kucing tak pernah di konotasikan dengan penghinaan untuk merendahkan derajat seseorang.

Mengapa sebahagian masyarakat kita mengkonotasikan anjing sebagai kata pengganti makian, hinaan dan sebagainya, yang seolah-olah telah menjadi kesepakatan umum. Bukankah diantara banyak hewan/binatang yang diciptakan dimuka bumi ini, atas dasar apa sehingga memilih anjing untuk merendahkan derajat seseorang?,bukankah anjing juga adalah mahluk Tuhan? Mengapa bukan hewan/binatang lainnya? Namun karena kita membahas antara anjing dan kucing saja, maka mengapa bukan kucing?

Dari segi fungsi juga manfaat anjing dan kucing bagi manusia;

Anjing, Selain sebagai anjing penjaga, fungsi dan tugas anjing berbeda antara anjing yang satu dengan yang lain, yakni tergantung pada kelebihan dan kekurangannya. Misalnya, ada anjing penuntun orang buta (guide dog), anjing pendengar (hear dog), anjing pemburu (hunt dog), anjing penjaga (watch dog), anjing tempur (War dog), anjing pengirim berita (news dog), anjing polisi (police dog), anjing pelacak narkotika (narco dog), anjing pelacak bom atau bahan peledak (explo dog) dan anjing SAR (SAR dog). (-http://agil-asshofie.blogspot.com)

Kucing, merupakan salah satu jenis hewan yang cerdas, jinak, menarik dan menggemaskan, makanya banyak orang-orang yang menjadikan kucing sebagai hewan piaraan untuk menjadi teman bermain walaupun anjing juga bisa melakukan itu. Selebihnya kucing dapat dijadikan komoditi bisnis. (viva news).

Namun secara spesifik korelasi interaksi manusia dengan hewan/hewan/binatang semata-mata di karenakan ada manfaat yang dapat diperoleh, seperti halnya anjing secara umum dapat Memberi Peringatan, Mencegah dan Menghalangi, Menghambat atau Menahan, Mengejar dan Menyerang, Melacak. Anjingjuga di sebut sebagai hewan yang setia, bahkan dapat mempertaruhkan nyawanya sendiri demi membela dan menjaga amanah dari tuannya.

Sementara kucing, sebagai peliharaan lebih banyak beraktifitas didalam rumah dan bermalas-malasan, parameter kesetiaan kucing hanya pada saat tuannya dapat memberi makan yang lezat dan mahal sehingga kucing menjadi penurut. Tapi dikala tuannya tidak menghiraukan atau tuannya keluar dari rumah, terkadang kucing pun dengan inisiasi nalurinya mengambil sendiri “mencuri” makanan tuannya bahkan berani “mencuri” makanan tetangga. Selain itu kucing juga punya kebiasaan menjilat-jilat tuannya agar dapat mengambil simpati.

Ketika hal ini korelasikan dengan prilaku/sifat manusia dengan kedua hewan/binatang tersebut dalam kacamata sosial, ternyata juga tidak sedikit yang memilih menjadi kucing daripada anjing. Kebanyakan orang memilih untuk menjadi kucing, bermanja-manja dan “menjilat” tuannya. Ketimbang belajar dari sifat anjing dengan “ketegasan gonggongannya” mengisyaratkan kepribadian apa adanya, ketulusan dari kesetiaan. Lalu mengapa kita menenpatkan Anjing sebagai sesuatu yang hina? Marilah kita renungkan bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun